Mutiara Hikmah, Jangan Tiru Kebiasaan Umat Lain

5 Februari 2022, 03:56 WIB
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW. Mutiara Hikmah, Jangan Tiru Kebiasaan Umat Lain /PIXABAY/Abdullah_Shakoor

JURNAL SOREANG- MUTIARA HIKMAH ini semoga bisa menjadi perenungan diri  atau muhasabah sebagai upaya berkaca terhadap amalan dan  memperbaikinya pada hari ini dan selanjutnya.

Di antara penyakit berbahaya di tengah kaum Muslimin yang kadang tak disadari adalah meniru kebiasaan umat lain.

Penyakit ini jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik sebab  bisa menggerogoti akidah dan akhlak kaum Muslimin.

Baca Juga: Kisah Hikmah: 5 Sebab Iblis Sengsara dan 5 Sebab Adam Bahagia, Ini Penjelasannya

Penyakit satu ini suka meniru-niru dan ikut-ikutan terhadap kebiasaan orang-orang non-Muslim.

Penyakit ini telah dikabarkan dan diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw. Nabi bersabda, "Sungguh kalian akan mengikuti perilaku-perilaku umat-umat terdahulu. Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke lubang dhab (semacam biawak), kalian pun akan mengikuti mereka." Para Sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?" Nabi menjawab, "Siapa lagi?" (HR. Bukhari no. 7320 dan Muslim no. 2669).

Mengikuti kebiasaan orang-orang non-Muslim ini hukumnya terlarang dan akan membahayakan akidah seseorang.

Baca Juga: Ciri Wanita Cantik Menurut Islam Seperti Apa Ya? MUTIARA HIKMAH Hari Ini

Rasulullah Saw bersabda, "Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah dia bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Daud no. 4031, dinilai hasan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10: 282, dan dinilai shahih oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1: 152).

Maksudnya, orang Muslim yang bertasyabbuh (menyerupai) itu jadi tidak bisa dibedakan dengan orang kafir, sehingga seolah-olah bagian dari mereka.

Sebagian ulama juga mengatakan tasyabbuh yang dilakukan tersebut lama-kelamaan akan menyeretnya kepada kekafiran sehingga keluar dari Islam.

Baca Juga: Hikmah Dari Kisah Usman bin Affan dan Abu Bakar Shidiq, yang Pandai Menjaga Rahasia

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin  dalam Syarhul Mumthi’ menjelaskan, bukan maksudnya orang yang bertasyabbuh itu kafir. Namun, dia memiliki penampilan dan bentuk yang serupa dengan orang kafir sehingga hampir-hampir orang Muslim yang bertasyabbuh dengan orang Nasrani itu tidak bisa dibedakan dengan orang Nasrani betulan. Orang Muslim tersebut menjadi bagian dari mereka dalam perkara lahiriyah."***

Editor: Sarnapi

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler