Seekor Katak Sebesar Bayi Manusia Menggegerkan Warga, Endingnya Mengejutkan

11 Mei 2021, 22:17 WIB
Seekor katak besar menghebohkan warga Kepulauan Solomon. / World of Buzz /

JURNAL SOREANG – Seekor katak besar sebesar bayi manusia, kabarnya ditangkap oleh warga di Honiara, Kepulauan Solomon. Besarnya katak tersebut sempat menggegerkan sebuah desa kecil di sana, karena berkeliaran di sekitar rumah warga.

Dilansir Jurnal Soreang dari World of Buzz, katak berukuran bayi manusia tersebut ditangkap oleh pemilik pabrik kayu bernama Jimmy Hugo (35 tahun).

Saat itu, ia tengah berburu babi hutan di pinggiran Honiara, ibu kota Kepulauan Solomon. Katak besar tersebut ditemukan oleh Jimmy di semak-semak.

Baca Juga: Herawati: Indonesia Alami Krisis Identitas, Konflik Horizontal dan Multikultur, dan Degradasi Moral

Dilihat dari ukuran katak tersebut yang sangat besar, tampaknya berat dari katak itu adalah sekitar 1 kg. Katak besar itu disinyalir termasuk golongan katak Cornufer Guppyi.

Jimmy Hugo berkata, katak tersebut adalah katak terbesar yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Ukuran dari katak tersebut hampir sebesar bayi manusia.

Di Kepulauan Solomon dan Papua Nugini, mereka (katak besar) dikenal sebagai ayam semak. Dalam tradisi di daerah tersebut, ayam semak itu diburu untuk didapatkan dagingnya.

Tapi siapa sangka, akhir (ending) dari kisah katak sebesar bayi manusia ini tak ada yang menduga. Pada saat ditangkap oleh Jimmy Hugo, diketahui kondisinya sudah mati. Sehingga para karyawan atau pekerja dari Hugo memutuskan untuk memakannya.

Baca Juga: KOI Jabar Dukung Langkah Tegas Bupati Garut Hentikan Pembangunan Masjid di Cilawu, Ini Masalahnya

Sebagai informasi, katak jenis Cornufer guppyi, adalah salah satu katak terbesar di dunia. Biasanya katak jenis ini ditemukan dari New Britain di Kepulauan Bismarck, hingga Kepulauan Solomon.

Jumlah katak jenis ini menurun dalam beberapa tahun terakhir. Disebabkan penebangan dan pemukiman masyarakat yang meluas ke habitat alami mereka.

Senada dengan hal tersebut, pakar biologi lokal bernama Patrick Pikacha berkata, katak besar jenis ini sudah jarang ditemui karena mereka mempunyai kulit yang sensitif. Kulit sensitif tersebut seringkali dirusak oleh bahan kimia deterjen, yang digunakan oleh manusia untuk mencuci pakaian di sungai terdekat.***

Editor: Sam

Sumber: World Of Buzz

Tags

Terkini

Terpopuler