Kemudian pada tahun 1874, RAA Kusumadiningrat memperoleh tanda kehormatan dari pemerintah Hindia Belanda berupa songsong kuning (payung kebesaran berwarna kuning emas).
Pada tahun 1878 dia juga dianugerahi Rider Orde van de Nederlandsche Leeuw dari Ratu Belanda. Dan dia wafat pada tahun 1886 dimakamkan di Gunung Sirnayasa, Jambansari.
Situs Jambansari Tempat Para Leluhur
Dulu Situs Jambansaari itu adalah Kabuyutan (Tempat Leluhur) dan berupa bukit kecil yang dikelilingi danau, bukit itu bernama Gunung Sirnayasa.
Di atas bukit terdapat semacam tempat pemujaan yang ditandai adanya batu Menhir, dengan bentuknya yang khas setinggi 70 cm dan Batu Dolmen (Batu Datar Bulat) serta Lumpang (Tempat Air dari Batu).
Gunung Sirnarasa dikelilingi mata air sehingga berbentuk Danau, kemudian RAA Koesoemadiningrat memanfaatkan air tersebut untuk keperluan pengobatan khususnya untuk kegiatan sebelum sunatan Anak-anak.
Setelah itu dia membuat 7 pancuran untuk Anak-anak yang mau mandi sebelum disunat. Dari situlah timbul nama Jambansari, dan nama itu diabadikan sampai sekarang oleh masyarakat Kabupaten Ciamis.
Selesai dibangun, kemudian RAA Koesoemadiningrat berdakwah Agama Islam dan didampingi ulama dari Cirebon. Dia juga mengadakan tatap muka bersama masyarakat dengan kegiatan menyampaikan pengetahuan umum.
Hasil dari dakwah itu, dia mengumpulkan benda-benda pemujaan di sekitar Galuh, kemudian disatukan dengan benda yang ada di bukit Gunung Sirnayasa. Benda-benda itu berupa Arca Hindu dan Arca Polinesia berjumlah 22 buah.