Terpuruk, Ikon Seni Budaya Jawa Barat Saung Angklung Udjo harus Diselamatkan, Seniman Budayawan Angkat Suara

24 Januari 2021, 21:15 WIB
Dokumentasi - Aksi bermain angklung bersama di Saung Angklung Udjo, Bandung. /Pikiran-rakyat.com/Ade Mamad /

JURNAL SOREANG - Melihat kondisi Saung Angklung Udjo (SAU) yang turut terimbas akibat pandemi Covid-19, mengundang reaksi dari berbagai kalangan seni dan budaya. Mereka mengaku prihatin dan menyayangkan terhadap kondisi terpuruk yang dialami salah satu ikon wisata budaya kebanggaan Kota Bandung itu.

Atas kondisi yang dialami SAU sekarang, tentunya mereka berharap, ikon kebanggaan Kota Bandung tersebut harus bisa diselamatkan.

Hal tersebut diutarakan Budayawan yang juga merupakan Ketua Studiklub Teater Bandung, Sis Triadji.

"Ya kalau kondisinya seperti ini, tidak ada pemasukan, tentu bisa kolaps juga. Tapi hal ini sangat disayangkan, mengingat peranan Saung Angklung Udjo bagi Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Indonesia," ucap Sis, Kamis, 21 Januari 2021, seperti dilansir dari pikiran-rakyat.com dalam judul artikelnya "Saung Angklung Udjo Bandung Nyaris Kolaps, Kalangan Seni dan Budaya Menyayangkan" yang ditulis wartawan Pikiran Rakyat, Endah Asih. 

Mantan dosen Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini mengaku bahwa hingga tepat sebelum pandemi, SAU selalu menjadi destinasi tamu-tamu negara dari tahun 60-an.

Pun dengan sejumlah catatan panjang menyebutkan, SAU tumbuh berkat pemberdayaan masyarakat yang tumbuh melalui pendidikan seni dan budaya dengan kearifan lokal yang kental.

"Saung Angklung Udjo itu menjadi model empowering community, di mana mereka membutuhkan masyarakat, dan masyarakat membutuhkan mereka. Ini adalah salah satu rumus pembangunan community development melalui seni, kebetulan lewat seni dan budaya angklung," Sis Triadji memaparkan.

Oleh karena itu, masyarakat sekitar pasti sangat terdampak, karena biasanya mereka ikut berpartisipasi sebagai keluarga lingkungan, pengrajin, dan seniman.

Selain pemaparan diatas, SAU juga dianggap berkontribusi besar terhadap diplomasi budaya, hingga literasi budaya karena bekerja sama dengan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

"Saung Angklung Udjo ini sudah menjadi ikon seni dan budaya, akan disayangkan sekali kalau memang benar-benar bangkrut dan berhenti berkegiatan. Kalau sudah berakhir, menghidupkannya kembali akan jauh lebih sulit," imbuhnya.

Dia berharap, manajemen SAU bisa lebih mengambil jalan baru dalam pertunjukan yang dihelat.

"Jika dulu orang-orang datang ke SAU, maka saat pandemi seperti saat ini, SAU yang mendatangi orang-orang lewat pertunjukan digital." tutur Sis.

Selain itu, Sis pun berharap peran serta pemerintah sangat diharapkan mau memberikan perhatian lebih terhadap persoalan yang dihadapi SAU.

Tidak hanya cukup dengan memberikan dana, namun juga pemerintah mampu memberikan regulasi atau wadah aktivitas yang memudahkan seniman-seniman di daerah dalam waktu dekat.

"Bisa juga dengan mengalokasikan dana CCR (Corporate Culture Responsibility) dari korporasi nasional dan multinasional yang hidup dan berkembang di Jawa Barat, untuk bisa lebih melibatkan seniman-seniman di daerah," tegasnya.

Hal senada juga disampaikan seniman sekaligus pemerhati budaya Nana Munajat. Dia mengatakan, kondisi seniman di Jawa Barat saat ini banyak yang terpuruk.

"Saung Angklung Udjo yang mapan saja bisa mengalami itu, apalagi seniman kecil di daerah," ungkapnya.***

Editor: Sam

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler