Seri Cerita In the Letter of Human Angel Messenger, Bumi Pasundan Lahir saat Tuhan sedang Tersenyum, Bagian 5

25 Maret 2022, 20:45 WIB
Ilustrasi. Seri Cerita In the Letter of Human Angel Messenger, Bumi Pasundan Lahir saat Tuhan sedang Tersenyum, Bagian 5 /

 

JURNAL SOREANG - Sesampainya di dalam rumah, aku menemui mamaku yang sudah pulang. Aku pun segera berlari kepangkuannya. “Kamu ke mana aja, Sayang? Mama, kan, bilang mainnya jangan jauh-jauh,” kata mama khawatir.
Aku hanya diam.

Lalu aku menoleh ke langit dan melihat cahaya kemilau. Aku pun melihat malaikat bersayap itu menampakkan diri dan tersenyum kepadaku.

Langit kala itu serasa indah dihiasai kehadirannya, seperti ada mutiara bertaburan sebagai suatu kenikmatan bagi yang melihat sosoknya. Sambil tersenyum ia berkata, “Teruslah maju dan berkarya, Nak. Sampai jumpa lagi di lain waktu.”

Baca Juga: Jahatnya Indra Kenz Menipu Korban Binomo Hingga Rugi Rp44miliar, Akhirnya Mau Minta Maaf Begini Katanya

Di usiaku saat ini, aku tak ingin kehilangan masa-masaku dengan para malaikat. Aku takut jika itu terjadi, maka aku akan semakin jauh darinya. Malah aku berpikir jika aku sudah besar nanti, apakah malaikat itu masih mau menemaniku atau hanya menemaniku saat kecil saja?.

Tapi aku ingat perkataannya, kalau suatu hari nanti ada sebuah kunci yang akan menuntunku masuk ke dalam pintu gerbang.
Artinya, aku punya misi yang harus kujalani. Misi ini sudah ditujukan kepadaku.

Malam itu, aku pergi keluar rumah, menatap indahnya bintang-bintang di langit dengan cahaya yang memukau menerangi kegelapan.

Baca Juga: Permintaan Maaf Crazy Rich Medan Indra Kenz Jadi Sorotan, Sampaikan Pengakuan Awal Terjun ke Binary Option

Para penjaga langit pun bersiaga dari segala hal yang akan memasukinya. Sebagaimana iblis dan sebangsanya yang ingin mencuri informasi langit untuk mengelabui manusia atas apa yang ingin ia dapatkan.

Tiba-tiba ada sebuah bintang jatuh, lalu ia pun menghampiriku.
“Kenapa engkau belum tidur, Nak? Ayo tataplah aku. Terbanglah dengan sayapmu.”

Aku pun kemudian terbang ke langit. Selama di perjalanan, aku melihat banyak benda langit yang jauh lebih indah dibandingkan bumi.

Baca Juga: Cetak Gol Lagi Bagi Brasil, Neymar Semakin Gacor di Piala Dunia Qatar 2022

Kutanya kepada mereka, “Oh bintang, rembulan, kenapa kalian begitu cantik di malam hari, namun tak nampak di siang hari?”

“Karena kami adalah cahaya yang menerangi kegelapan. Hal ini berlaku juga pada seorang Anak Human Angel. Maka, kaulah yang bisa membuat sayapmu sendiri bertambah lebar atas amal kebaikan yang kau lakukan.”

“Jadi maksudnya, jika itu putih maka identik dengan kesucian, dan jika hitam itu adalah keburukan?”

“Betul, Nak. Siang hari aku pun ada, namun tak semua orang bisa melihatnya, sebab sinar mentari bergiliran bertugas. Dialah yang menjaga.”

Baca Juga: Kacau! Kekalahan Dari Makedonia Utara Ke Piala Dunia 2022 Qatar, Italia Jadi Bulan-Bulanan Publik

“Tunggu, ini mirip seperti yang pernah malaikat ucapkan saat mendatangiku. Jadi, kalau begitu aku memang punya misi yang harus kucapai sebagai bagian dari tugasku, maka kelak pintu gerbang itu akan terbuka kuncinya?”

“Ya, seperti halnya matahari dan bulan, maka kau sosok human angel cilik yang kelak akan tumbuh dewasa. Yakinlah, Nak.”

“Oh rembulan, bintang-bintang, terima kasih. Kalian teman terbaikku yang indah.”

“Itu sudah menjadi tugas kami, wahai Anak Human Angel. Sekarang turunlah kembali. Kau harus tidur. Saat dewasa nanti, kau akan kurang tidur, Nak.”
“Baiklah, semuanya. Sampai jumpa.”

Aku sebetulnya masih belum mau tidur, karena masih terpikir betapa indahnya lautan angkasa sana. Ingin rasanya aku memasuki langit untuk menemui para penduduknya yang begitu ramah...(bersambung)***

Editor: Handri

Tags

Terkini

Terpopuler