JURNAL SOREANG - Era dimana kesibukan sering dianggap sebagai medali kehormatan, menjadi "overachiever" telah menjadi standar tak langsung bagi banyak orang.
Namun, dibalik pujian yang sering diterima, terdapat aspek yang jarang diekspos: kecenderungan untuk mengorbankan diri sendiri, kecemasan yang tak terucapkan, dan tantangan emosional yang seringkali terlupakan.
Pada artikel ini, mari kita bahas beberapa tanda apakah kamu seorang overachiever dan ketika pencapaian diri melebihi batas.
Baca Juga: Ada Lebih dari 200 Ribu Jiwa! Inilah Kecamatan Terpadat di Kabupaten Bandung
- Hanya Mementingkan Pekerjaan dan Mengabaikan Kebutuhan Diri
Sebagai seorang overachiever yang berprestasi, pekerjaan tampaknya menjadi segalanya.
Mengabdikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas dapat membuat kita melupakan kebutuhan pribadi, seperti waktu untuk istirahat, hobi, atau perhatian terhadap kesehatan fisik dan mental.
- Merasa Tidak Cukup Produktif Jika Hanya Bekerja 9-5
Konsep jam kerja standar seringkali dianggap sebagai batasan yang harus dilampaui. Overachiever cenderung merasa tidak puas dengan pencapaian mereka jika tidak bekerja lebih dari jam kerja yang dianggap sebagai "wajar".
- Susah Mindful atau Mengerjakan Satu Hal dalam Satu Waktu
Ketika kita terjebak dalam kehidupan yang penuh tekanan, fokus menjadi sesuatu yang sulit dicapai.
Baca Juga: Desanya Sedikit, 2 Kecamatan di Kabupaten Bandung Ini Hanya Punya 5 Desa, Daerah Apa Itu?
Hal ini yang menyebabkan si overachiever kesulitan untuk menghadirkan diri sepenuhnya dalam satu tugas atau momen.
- Sangat Takut Akan Kegagalan
Kegagalan bukanlah pilihan bagi si overachiever yang berprestasi. Ketakutan tidak akan mencapai standar yang diharapkan bisa membatasi pertumbuhan dan menimbulkan rasa cemas yang konstan.
- Menganggap Kesuksesan sebagai Tolak Ukur Keberhargaan Diri Sendiri dan Orang Lain
Dalam kecenderungan untuk mencapai hal yang lebih banyak, kesuksesan diukur sebagai tolak ukur utama keberhasilan, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk menilai nilai orang lain.
- Merasa Kelelahan Namun Merasa Bersalah Saat Ingin Istirahat
Kesehatan mental dan fisik sering terabaikan oleh si overachiever karena merasa bersalah saat tidak produktif. Istirahat menjadi hal yang sulit dilakukan karena rasa bersalah yang mendominasi dalam diri.
Baca Juga: Ini Urutan Kecamatan dengan Desa Terbanyak di Kabupaten Bandung, Soreang Ada Berapa?
- Selalu Berusaha Melampaui Batas Kemampuan
Batasan kemampuan seringkali diabaikan dalam keinginan untuk terus bertumbuh dan berprestasi. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental.
- Sering Meragukan Diri Sendiri
Meskipun mencapai banyak hal, orang yang overachiever seringkali meragukan kemampuan dan pencapaian mereka sendiri. Hal ini menimbulkan kecemasan yang berkepanjangan.
- Sulit untuk Minta Bantuan
Keinginan untuk mengatasi semuanya sendiri seringkali membuat sulit bagi orang yang overachiever untuk meminta bantuan. Hal ini dapat menyebabkan beban yang berlebihan dan merugikan kesejahteraan secara keseluruhan.
Penting untuk diingat bahwa keberhasilan sejati bukan hanya tentang mencapai banyak hal atau melampaui batas, tetapi juga tentang keseimbangan hidup yang sehat.
Mengakui pola perilaku yang mendasari sifat overachiever dapat menjadi langkah awal untuk menemukan keseimbangan, menerima diri sendiri, dan menghargai pencapaian dengan cara yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Jadi, mari kita kenali dan hadapi tantangan sebagai orang yang overachiever, menuju kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.***