JURNAL SOREANG - Salah satu mitos terbesar tentang berhubungan intim untuk pertama kalinya adalah mengenai selaput dara wanita.
Dikutip dari laman medicalnewstoday.com, selaput dara merupakan selaput tipis dan elastis yang melapisi pembukaan vagina.
Berdasarkan mitos tersebut, selaput dara akan pecah dan menyebabkan pendarahan serta rasa sakit pada saat wanita berhubungan intim untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Ingin Miss V Tetap Sehat? Gampang Kok, Cukup Ikuti 6 Tips Medis Berikut Ini
Saat berhubungan intim, selaput dara memang bisa robek dan menyebabkan pendarahan ringan.
Namun, hal ini lebih mungkin terjadi jika selaput dara kurang elastis atau memiliki bukaan yang lebih kecil.
Selaput dara juga bisa robek jika penis atau benda lain didorong kuat ke dalam vagina.
Baca Juga: Jangan Dinakalin! Miss V Bau Asem Ternyata Tandanya Sehat Menurut Dokter, Ini Penjelasannya
Namun pada beberapa kasus, selaput dara mungkin saja tidak robek saat berhubungan intim.
Sebab, selaput dara bersifat fleksibel dan biasanya tidak menutupi seluruh lubang vagina.
Secara logika, apabila selaput dara menutupi seluruh lubang vagina, maka darah menstruasi dan keputihan tidak akan bisa keluar dari tubuh wanita.
Baca Juga: Liga Inggris : Sports Mole Prediksi Tottenham Hotspur Ungguli Fulham 2-1
Dalam banyak kasus, selaput dara bahkan robek sebelum berhubungan intim untuk pertama kalinya.
Beberapa aktivitas berat seperti olahraga, dapat menyebabkan robekan kecil pada selaput dara.
Sejumlah wanita bahkan dilahirkan tanpa selaput dara yang sudah barang tentu tidak akan robek dan mengalami pendarahan saat pertama kali berhubungan intim.
Mitos yang beredar luas mempercayai bahwa selaput dara yang rusak adalah tanda hilangnya keperawanan yang tidak dapat diubah.
Namun secara medis, tidak mungkin untuk mengetahui apakah seorang wanita telah melakukan hubungan intim hanya dengan memeriksa selaput daranya.
Selain itu, selaput dara yang robek atau rusak tidak sepatutnya menjadi penanda hilangnya keperawanan.
Maka dari itu, tenaga kesehatan tidak boleh mengandalkan pemeriksaan fisik selaput dara untuk menilai apakah seseorang telah aktif secara seksual atau belum.
Kesimpulannya, selaput dara, ditinjau secara medis, bukanlah penanda keperawanan wanita.***