Data itu antara lain Desa Sanca memiliki 8 posyandu yang pada tahun 2021 yang dikategorikan sebagai Posyandu mandiri di tiap RW.
"Setiap posyandu memiliki jadwal buka Posyandu tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, serta keseluruhan jadwal ditentukan oleh Puskesmas atau Desa," ujarnya.
Adapun jumlah kader yang aktif hanya 5 orang per posyandu. "Persoalan lain di Posyandu adalah masih terdapat kesulitan kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri secara tepat," katanya.
Padahal di Indonesia menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia, angka prevalensi stunting masih cenderung tinggi yaitu 27,69 persen (Kementerian Kesehatan,2019).
"Sehingga perlu diupayakan penurunan secara optimal agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memilki kemampuan kognitif, emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global," ujarnya.
Baca Juga: Budaya Literasi Indonesia Masih Rendah, FISIP Unpas Berupaya Tingkatkan Literasi Digital di Cigadung
Penanganan Stunting merupakan mandat baru untuk BKKBN dengan masing-masing target penurunan jumlah penderita stunting tahun 2021 sebesar 22,2 persen.
"Sedangkan pada tahun 2022 sebesar 19,46 persen, tahun 2023 sebesar 16,73,dan tahun 2024 sebesar 14 persen," katanya.
Berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2009, pembangunan kesehatan perlu digerakkan oleh masyarakat karena masyarakat mempunyai peluang dan peran yang penting dalam pembangunan kesehatan.