Dampak Kurang Tidur pada Kesehatan Mental

Aah
8 Januari 2024, 07:20 WIB
Ilustrasi Kurang Tidur /pixabay/

 

JURNAL SOREANG - Beberapa tahun lalu, sebuah penelitian pemindaian otak pada manusia memberikan wawasan mendalam tentang pengaruh kurang tidur terhadap otak emosi kita. Dalam eksperimen ini, sekelompok orang dewasa dibagi menjadi dua kelompok: satu tidur semalaman, yang lain kurang tidur.

Temuan yang dihasilkan memberikan pemahaman lebih dalam mengapa kurang tidur dapat menciptakan reaksi emosional yang berlebihan.

Fokus pada Amigdala

Penelitian ini memusatkan perhatian pada amigdala, pusat reaksi emosional yang termasuk emosi negatif. Hasilnya menunjukkan bahwa pada mereka yang tidur semalaman, amigdala merespons dengan tepat dan moderat. Namun, pada mereka yang kurang tidur, amigdala menunjukkan reaksi berlebihan, responsif hampir 60 persen lebih tinggi dalam kondisi kurang tidur.

Baca Juga: Publikasi Artikel Ilmiah Jadi Jalan Hidup Fitriani, Mahasiswi Cantik UIN Bandung yang Produktif Menulis

Peran Prefrontal Cortex

Ternyata, prefrontal cortex, yang dapat dianggap sebagai CEO otak, memainkan peran kunci dalam skenario ini. Prefrontal cortex, yang berlokasi tepat di atas mata, bertanggung jawab mengatur pusat emosi otak, yaitu amigdala. Orang yang tidur semalaman memiliki komunikasi dan koneksi yang solid antara prefrontal cortex dan amigdala, mengatur reaksi emosional secara hierarkis tingkat tinggi.

Terputusnya Komunikasi pada Kurang Tidur

Namun, pada mereka yang kurang tidur, komunikasi antara prefrontal cortex dan amigdala terputus. Akibatnya, amigdala merespons secara berlebihan karena kurangnya tidur. Emosi kita menjadi cepat bereaksi, tanpa adanya rem yang dapat mengendalikan. Integritas emosi terasa tak terkendali saat kurang tidur.

Baca Juga: Nama-nama Panelis Debat Capres Pemilu 2024 Ketiga Lengkap dengan Profil Singkat, Ada 11 Orang

Tidur sebagai Penenang Emosi

Walaupun kurang tidur membawa dampak negatif, ada kabar baiknya yaitu tidur tidur cukup dapat menjadi penyelamat. Tidur, terutama tidur REM, menjadi pertolongan pertama yang efektif bagi emosi. Saat tidur malam, kita dapat menyerap dan memproses emosi berat yang dirasakan sepanjang hari. Tidur hampir seperti salep penenang yang meredakan emosi berat tersebut.

Jadi, bukan hanya waktu yang menyembuhkan luka, melainkan waktu tidur yang memulihkan emosi. Dengan tidur yang cukup, kita dapat menghadapi ingatan emosional dengan keseimbangan, memberikan pondasi untuk menghadapi hari berikutnya dengan pikiran yang jernih dan emosi yang terkontrol.

Ini adalah pengingat akan pentingnya menjaga kualitas tidur untuk kesejahteraan otak dan emosi kita.***

Editor: Josa Tambunan

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler