JURNAL SOREANG – Asam urat yang tidak diobati dapat memicu penyakit lain yang bahkan bisa lebih parah.
Ternyata penyakit asam urat tidak bisa diremehkan, walaupun awalnya hanya mengarah di area persendian, asam urat juga bisa menyebabkan penyakit pada organ tubuh lainnya.
Tak main-main, penyakit-penyakit yang timbul akibat asam urat yang tidak diobati tersebut bahkan bisa lebih parah dan beberapa bisa menyebabkan kematian.
Baca Juga: Mantap! Mengkonsumsi Telur Ternyata Baik Untuk Penderita Asam Urat, Begini Penjelasanya
Asam urat sendiri memang tidak akan menyebabkan kematian secara langsung, namun komplikasinya bisa sebabkan kematian, maka perlu ditekankan bahwa pengobatan asam urat sangatlah penting.
Berikut adalah beberapa penyakit yang bisa timbul karena karena kadar asam urat yang tinggi terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama menurut dokter Saddam Ismail:
1.Batu Ginjal
Batu ginjal adalah salah satu komplikasi yang bisa terjadi ketika kadar asam urat dalam darah tinggi secara terus menerus.
Komplikasi ini terjadi ketika kristal asam urat terbentuk di saluran kemih dan lama kelamaan membentuk tepung hingga tercipta batu ginjal.
Kondisi ini akan menyebabkan beberapa gejala seperti, pegal di bagian pinggang, nyeri dibagian punggung, dan ada darah pada urin.
2.Gagal Ginjal
Asam urat yang tidak terkendali sangat mempengaruhi fungsi ginjal, selain bisa menyebabkan batu ginjal juga bisa menyebabkan gagal ginjal.
Baca Juga: Wow! Ternyata Mengonsumsi Lemon Baik bagi Penderita Asam Urat, Cek Faktanya di Sini!
Hal ini disebabkan oleh batu ginjal yang lama kelamaan menimbulkan bekas luka di ginjal dan di sistem kemih.
Akibat kadar asam urat yang terlalu tinggi, ginjal akan bekerja lebih keras, sehingga mengakibatkan kegagalan fungsi ginjal tersebut.
3.Tophi atau Tophus
Tophi atau tophus terjadi ketika kristal asam urat membentuk gumpalan ataupun benjolan di bawah kulit area sendi.
Tophi bisa meradang dan mengeluarkan cairan seperti pasta gigi dan harus segera diobati, pasalnya jika dibiarkan tophi ini lama kelamaan bisa mengikis dan menyebabkan sendi rusak.
4.Deformitas Sendi
Kadar asam urat tinggi yang tidak diobati dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan pada bentuk sendi atau deformitas sendi.
Deformitas sendi akan dialami setelah pembentukan tophi, yang akhirnya akan menyebabkan sendi rusak permanen kemudian terjadi kekakuan sendi serta perubahan bentuk sendi.
5.Kesehatan Mental
Penyakit asam urat yang sudah kronis dan sering kambuh tentu bisa mempengaruhi kehidupan penderita. bahkan hanya untuk sekedar berjalan saja mereka akan merasa kesulitan.
Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologi penderita, menyebabkan emosi dan moodnya menjadi buruk.
Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan depresi atau kecemasan. Itulah sebabnya, Anda tidak boleh meremehkan penyakit asam urat.
6.Penyakit Jantung
Selain pada sendi, ternyata asam urat juga dapat memicu peradangan pada bagian tubuh lainnya, hal tersebut dapat meningkatkan resiko terkena penyakit jantung.
Baca Juga: Pertolongan Pertama untuk Mengatasi Serangan Asam Urat, Berikut 6 Cara yang Bisa Dilakukan
Mengubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih sehat adalah hal yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari kondisi tersebut.
7.Gangguan Tidur
Serangan asam urat biasanya sering datang pada malam ataupun dinihari, maka otomatis rasa sakitnya akan membangunkan penderita asam urat dari tidurnya.
Sehingga ia tidak bisa tidur lagi, ataupun tidurnya menjadi kurang nyaman, dan akhirnya kualitas tidurnya menurun.
Gangguan tidur seperti ini dapat mengakibatkan penderita menjadi rentan terkena penyakit lain, karena kelelahan akibat kurangnya istirahat juga dapat menurunkan imun tubuh.
Baca Juga: 4 Hal Penting Terkait Penyembuhan Asam Urat, Nggak Bisa Kalau Cuma Hindari Pantangan Makanan Lho!
Selain itu, penderita juga akan menjadi kurang optimal dalam pekerjaannya di siang hari karena gangguan tidur tersebut.
Jadi sangat penting untuk menormalkan kadar asam urat di tubuh, baik dari diet makanan ataupun dengan merubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Namun yang terpenting, kondisi seperti ini tetap harus dikonsultasikan dengan dokter, agar penderita mendapat penanganan yang tepat.***