Diet Tapi Masih Senang Gorengan? Ternyata Dokter Spesialis Gizi Membolehkan Gorengan, tapi Ini Syaratnya

23 Agustus 2022, 12:00 WIB
Diet Tapi Masih Senang Gorengan? Ternyata Dokter Spesialis Gizi Membolehkan Gorengan, tapi Ini Syaratnya /Instagram @irmadesmayanti.

JURNAL SOREANG- Makan gorengan memang mengenakkan karena rasanya yang gurih dan nikmat di lidah. Apalagi kalau gorengan dimakan bersamaan dengan minum kopi atau teh hangat.

Namun, bagaimana sedang diet untuk mengurangi perut buncit ternyata masih suka mengonsumsi gorengan?

Bagi Dokter Spesialis Gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr. Elfina Rachmi, MGizi, SpGK, gorengan tidak dilarang untuk dikonsumsi.

Dia  tak melarang orang-orang menyantap makanan yang digoreng, namun dia mengingatkan agar mereka meminimalisirnya dalam menu diet sehari-hari.

Baca Juga: Wajib Catat! Kebiasaan Buruk Saat Puasa Ramadhan yang Harus Dihindari, Salah Satunya Sering Makan Gorengan

"Kenapa mengonsumsi gorengan atau lemak yang tinggi tidak boleh berlebihan karena energinya atau kalorinya dua kali lipat lebih tinggi dari karbohidrat dan protein," ujar dia dikutip dari ANTARA, baru-baru ini.

Dia menambahkan, terlalu banyak kalori dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan masalah kesehatan lain seperti jantung.

Mengutip Livestrong, tubuh membutuhkan kalori yang cukup untuk berfungsi, tetapi ketika asupannya melebihi kebutuhan, maka tubuh menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak.

Ekstra kalori itu disimpan dalam bentuk trigliserida, yang bila meningkat dapat membahayakan kesehatan jantung. Trigliserida yang menumpuk di arteri bisa meningkatkan risiko arteri menjadi keras, kaku dan sempit atau aterosklerosis.

Baca Juga: Gorengan Memang Mantap, namun Bolehkah Makan Gorengan Saat Berbuka Puasa? Berikut Penjelasannya

"Pengerasan dinding arteri meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke," katanya.

Terkait pilihan lemak, Elfina menyarankan orang-orang memilih sumber lemak baik seperti minyak zaitun ataupun kacang-kacangan dan sumber buah lemak baik seperti buah alpukat.

Berbicara kiat memilih jenis makanan sehat, dia merekomendasikan orang-orang terlebih dahulu mengetahui status gizi masing-masing, yakni melalui perhitungan indeks massa tubuh (IMT).

Baca Juga: Kebanyakan Makan Gorengan? Shin Tae-yong Soroti 3 Kebiasaan Buruk Pesepak Bola Indonesia yang Harus Diubah

"Kita cukup mengetahui berat badan dalam kg dan tinggi badan dalam meter saat ini. Kita bagi berat badan dengan tinggi badan (dalam satuan kuadrat meter). Tinggal dilihat indeks massa tubuhnya," tutur dia.

Nilai IMT 23 menunjukkan tubuh masuk kategori normal. Bila lebih dari 23, maka masuk kategori berat badan berlebih atau overweight, kemudian jika di antara 25-29,9 maka sudah masuk obesitas derajat satu dan lebih dari 30 masuk kategori obesitas derajat dua.

"Semakin tinggi nilai IMT akan semakin pula meningkat risiko seseorang terkena penyakit-penyakit seperti kardiovaskuler," ujarnya.

Setelah mengetahui status gizi, kata Elfina, saat mengetahui pemilihan jenis makanan, salah satunya tetap memasukkan karbohidrat khususnya yang kompleks karena mengandung serat.

Baca Juga: Shin Tae-yong Dibuat Kesal, Gegara Pemain Timnas Indonesia Doyan Makan Gorengan

Sumber karbohidrat kompleks misalnya nasi merah, nasi putih ditambah agar-agar, oatmeal, sereal, kentang dengan kulitnya.

Tetapi pastikan kulitnya bersih karena kulit bisa membantu menambah serat dan roti gandum. Asupan karbohidrat kompleks meningkatkan asupan serat dan memperlama kerja makanan di lambung sehingga tubuh tidak cepat lapar.

Selanjutnya, cukupi kebutuhan lauk hewani sebagai sumber protein yang adekuat karena ini berkaitan dengan imunitas.

Sumber protein bisa berasal dari lauk hewani seperti ikan, ayam, telur, daging sapi, serta lauk nabati misalnya tempe, tahu maupun kacang-kacangan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Posting Kenaikan Harga Gorengan, Netizen: Turunkan Harga Bala-bala!

"Dengan perbandingan lebih tinggi asupan protein hewani daripada lauk nabati 2:1," saran Elfina.

Di sisi lain, sayuran dan buah juga perlu ada dalam menu harian untuk memenuhi kebutuhan serat yang sebenarnya terkandung pula di dalam karbohidrat kompleks.

Untuk makanan selingan atau camilan, dia menyarankan orang-orang memilih buah atau cokelat khususnya dark chocolate atau cokelat hitam karena rendah lemak jenuh dan gula.

Baca Juga: Jualan Cireng, Comro dan Bala-bala di Australia, Yuk? Ini Reaksi Orang-orang Bule terhadap Gorengan

"Usahakanlah menyantap makanan selingan ini dua kali atau tiga kali dalam sehari. Dengan pola seperti ini akan menghindari konsumsi snack atau camilan yang tinggi kalori, dengan membiasakan makan buah di jadwal snack," kata Elfina.

Dari sisi pengolahan makanan, sebaiknya batasi menggoreng makanan menjadi dua kali dalam seminggu. Orang-orang bisa membuat variasi pengolahan makanan seperti merebus dan lainnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler