JURNAL SOREANG - Memang betul bahwa beragam instruktur dan kursus menawarkan segala macam pelajaran, mulai dari memasak dan cara mengenakan kimono hingga meditasi Zen,
tetapi bisa dipastikan bahwa anda tidak akan menemukan kursus berbenah. Menurut asumsi umum, setidak-tidaknya di Jepang,
berbenah tidak perlu diajarkan karena merupakan keterampilan yang dapat kita kuasai sendiri.
Baca Juga: Yuk Kenalan dengan Epidermis, Struktur Terluar Penyusun Kulit
Keterampilan memasak dan resep diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga, dari nenek ke ibu ke anak perempuan,
tetapi kita tidak pernah mendengar ada keluarga yang mewariskan rahasia berbenah secara turun-temurun, bahkan dalam keluarga yang tinggal seatap.
Bila dingat-ingat kembali masa kecil Anda. Kebanyakan dari kita pernah dimarahi karena tidak merapikan kamar,
tetapi berapa banyak orang tuanya secara khusus mengajarkan cara berbenah sebagai bagian dari pendidikan untuk anak?
Baca Juga: Jangan Coba-Coba! Penimbun Minyak Goreng Bakal Didenda Rp50 Miliar
Orang tua menuntut kita agar membereskan kamar, tetapi mereka sendiri juga tidak pernah diajari berbenah.
Ketika menyangkut perkara beres-beres, kita semua belajar sendiri.
Bukan saja tidak diajarkan di rumah, berbenah juga tidak diajarkan di sekolah.
Dalam pelajaran PKK, kita mungkin ditugasi membuat hamburger atau belajar menggunakan mesin jahit umtuk membuat celemek,
tetapi dibandingkan tata boga dan tata busana, sedikit sekali waktu yang dialokasikan untuk topik tata menata.
Kalaupun tercantum dalam buku pelajaran, topik tersebut hanya dibaca di kelas atau, lebih parah lagi, dilewati untuk dibaca di rumah sendiri-sendiri
Sehingga murid-murid bisa lanjut ke topik-topik yang lebih populer, seperti makanan dan kesehatan.
Akibatnya, bahkan segelintir lulusan program studi PKK yang pernah belajar berbenah secara formal pada praktiknya tetap tidak bisa berbenah.
Karena sandang, pangan, dan papan adalah kebutuhan pokok manusia, tempat tinggal tentu sama pentingnya dengan makanan dan pakaian.
Namun, dalam masyarakat mengurus rumah supaya layak huni justru diremehkan.
Karena ada anggapan bahwa kemampuan berbenah didapatkan melalui pengalaman sehingga tidak memerlukan pelatihan, padahal ini salah kaprah.
Saking lamanya mempraktikan pendekatan-pendekatan konvensional yang keliru,
para ibu rumah tangga tersebut malah kewalahan karena rumah mereka kepenuhan barang yang tidak perlu.***