Omicron, Varian Baru Covid-19, Terdeteksi di Banyak Negara, Tapi Bukan di Brunei atau Thailand

30 November 2021, 10:52 WIB
Ilustrasi Covid-19 varietas baru /Pixabay/

JURNAL SOREANG - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Omicron sebagai varian baru Covid-19 yang perlu diwaspadai.

Penyebabnya, Omicron berpotensi lebih mudah menular dibandingkan dengan varian-varian lain.

Omicron sejauh ini telah terdeteksi di Australia, Belgia, Botswana, Inggris, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Prancis, Kanada, dan Afrika Selatan.

Larangan perjalanan telah diberlakukan oleh banyak negara terhadap Afrika Selatan, sebagai upaya untuk menghadang penyebaran varian baru virus corona tersebut.

Baca Juga: Bens Leo Pengamat Musik Tutup Usia Setelah Berjuang Melawan Covid-19 Senin 29 November 2021

Imbasnya, pasar-pasar keuangan di Afrika Selatan anjlok dan harga minyak juga jatuh.

Seorang dokter Afrika Selatan, yang merupakan salah satu orang pertama yang mencurigai kemunculan suatu galur berbeda virus corona, mengatakan bahwa gejala-gejala Omicron sejauh ini ringan dan penyembuhannya bisa ditangani di rumah.

Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Dr. Angelique Coetze, mengatakan bahwa, tidak seperti Delta, para pasien yang terkena varian Omicron sejauh ini tidak melaporkan kehilangan penciuman atau rasa.

Tingkat oksigen pasien-pasien itu juga tidak anjlok.

Baca Juga: Terpapar Covid-19, Pengamat Musik dan Wartawan Senior Bens Leo Tutup Usia

Sementara itu, Israel mengumumkan akan melarang masuk semua warga asing serta akan memberlakukan kembali teknologi pelacakan telepon untuk kontraterorisme guna menghindarkan penyebaran Omicron.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennet mengatakan larangan itu, yang saat ini sedang menunggu persetujuan dari pemerintah, akan berlaku selama 14 hari.

Para pejabat Israel berharap selama masa tersebut sudah akan ada informasi lebih lanjut soal seefektif apa vaksin bisa menangkal Omicron.

Baca Juga: Waspada! WHO Resmi Nyatakan Ada Varian Covid-19 Baru yang Perlu Kita Ketahui dan Perlu Diwaspadai, Apa Itu?

Pakar utama Amerika Serikat soal penyakit menular, Dr. Anthony Fauci mengatakan kepada Presiden Joe Biden bahwa akan diperlukan waktu selama dua pekan untuk mendapatkan informasi pasti soal penularan dan karakteristik Omicron.

Kantor presiden AS itu juga menyebutkan bahwa Fauci meyakini bahwa vaksin-vaksin yang ada saat ini kemungkinan bisa melindungi kasus-kasus parah Covid-19.

Biden akan menyampaikan perkembangan terkini soal varian baru tersebut beserta langkah penanganan yang akan ditempuh AS.

Di Inggris, pemerintah telah mengumumkan sejumlah langkah, termasuk aturan pengujian yang ketat bagi orang-orang yang tiba di negara tersebut.

Baca Juga: Kemacetan di Jakarta Kembali Terjadi Seperti Sebelum Pandemi Covid-19, Polda Metro Jaya: Sudah Kembali Normal

Pemerintah juga mewajibkan penggunaan masker di beberapa jenis lokasi.

Makin banyak negara, termasuk Indonesia dan Arab Saudi, yang mengumumkan pemberlakuan larangan perjalanan pada negara-negara Afrika.

Afrika Selatan mengecam larangan tersebut dengan menyebutnya tidak adil dan kemungkinan bisa merusak ekonominya.

Afsel mengatakan merasa dihukum justru saat menunjukkan kemampuan keilmuannya dalam mengidentifikasi varian-varian virus corona lebih dini.

Baca Juga: Cegah Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Nataru, Ini Intruksi Kapolri Kepada Jajarannya

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk menerapkan kewajiban vaksinasi Covid-19 pada warga di tempat-tempat dan dengan kegiatan tertentu.

Ramaphosa mengecam negara-negara Barat atas larangan perjalanan yang mereka terapkan.

"Larangan perjalanan itu tidak berdasarkan prinsip keilmuan, juga tidak akan efektif dalam menghindarkan penyebaran varian ini," katanya seperti dikutip Antara.

"Satu-satunya adalah hanya akan semakin merusak ekonomi negara-negara yang terdampak dan mengecilkan kemampuan mereka untuk menangani pandemi," tegas Ramaphosa.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler