Produk China Menguasai Indonesia, Ini yang Harus Kita Lakukan agar Produk Dalam Negeri Berjaya

- 22 Agustus 2023, 18:41 WIB
Ilustrasi Produk dari China
Ilustrasi Produk dari China /Xinhua

Baca Juga: Usai Sehari WFH, Bagaimana Kondisi Udara di Jakarta? Cek Indeks Kualitasnya, Malah Makin Memburuk?

Harapan dari Deng Xiaoping adalah agar memberikan pekerjaan kepada masyarakat China yang saat itu masih banyak yang mengalami kelaparan berat dan kemiskinan ekstrim. Dengan bekerja di pabrik dari perusahaan luar negeri, masyarakat China yang saat itu juga pendidikannya rendah mendapat pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Sehungga taraf hidup masyarakat China naik. Selama 40 tahun kedepan, perekonomian Shenzen naik lebih dari 13 ribu kali lipat.

Selain itu, pemerintah China sangat pintar dalam investment. Pendapatan China dari pemasukan pajak dan lainnya ada yang dialokasikan untuk savings rate. Savings rate adalah uang yang disimpan negara untuk diinvestasikan buat mengembangkan negaranya. Savings rate negara boleh tinggi, jika tidak digunakan dengan tepat sasaran, bisa-bisa negara tersebut akan kembali miskin. Savings rate yang tidak tepat adalah subsidi yang tidak efektif atau bantuan makanan.

Meski Savings rate negara China diposisi kedua di negara berkembang Asia setelah Singapura, negeri Tirai Bambu itu menginvestasikannya di sektor teknologi, infrastruktur, dan edukasi. Secara sederhananya, pemerintah China mengajak orang atau perusahaan untuk bekerja atau membuka usaha di China agar masyarakatnya lebih maju.

Baca Juga: Sapi Kotak, Burger Enak se-Tangerang Raya di Pasar Lama Tangerang, Burgernya Macam di Fast Food

Bahkan, sistem edukasi dasar China termasuk nomor satu di dunia. Maka tidak heran jika orangtua di negara China ingin anaknya menjadi yang terbaik hingga juara srrta membangun karakter. Selain itu, tenaga guru di luar negeri juga digaji hingga puluhan juta Rupiah per bulannya.

Untuk investasi luar negeri, Deng Xiaoping saat itu lebih fokus ke sektor manufaktur yang dimana tidak mengharuskan pekerjanya punya skill khusus. Meski hal itu sudah dilakukan pada era Soeharto dengan datangnya Freeport di Papua, namun sayangnya pekerjaan di Freeport membutuhkan skill khusus untuk bisa bekerja disana. Namun masyarakat Indonesia hanya secuil yang bekerja disana karena itu.

Sebenarnya, Indonesia juga bisa mengikut langkah China meski menjunjung tinggi demokrasi. Saat ini, China butuh stimulus yang besar untuk meningkatkan GDP. Falam dua tahun terakhir, perekonomian China melambat. Faktornya sektor konsumsi China yang stagnan, dan sulitnya mencari orang berkualitas untuk bekerja dengan gaji murah. Kalau sudah begitu, China harus berinvestasi ke negara lain.

Baca Juga: Fenomena El Nino Mengancam Pertanian, Petani Berharap Pemerintah Sigap Memberikan Penanganan

Investasi China ini tujuannya ke negara yang gaji buruhnya masih murah. Maka tidak heran kalau pabrik dari perusahaan China banyak di Indonesia. China tidak hanya menggunakan SDM orang Indonesia, GDP dan level konsumsi orang Indonesia yang naik juga dimanfaatkan. Maka dari itulah produk China merajalela di Indonesia.

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Youtube Raymond Chin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah