Pada saat terjadinya Margin Call, ujar Oktavianus, salah seorang Korban menceritakan bahwa mereka merasa seperti digorok leher dan darahnya dibiarkan menetes sampai kering.
Padahal seharusnya ada fungsi stop loss jika terjadi loss dalam jumlah tertentu, sehingga para korban tidak semakin kehilangan dananya, namun hal ini dibiarkan supaya uang anggota terkuras habis.
Baca Juga: Apa Hubungannya Persib, Piala Dunia dan Moto GP? ini Kata Cepot dan Dawala
"Hal ini terjadi pada 7 Maret 2022 lalu, kami menyaksikan uang kami dikuras perlahan-lahan tanpa bisa berbuat apa-apa, angkanya terus dibuat turun sampai habis. Group Fahrenheit pun setelah kejadian itu, baik Pimpinan maupun staff sudah tidak bisa dihubungi dan ketika kami mendatangi kantornya di Jakarta Barat, kantor tersebut sudah dalam keadaan tidak ada orang," tutur Oktavianus mengutip perkataan salah seorang korban.
Oleh karena itu, Oktavianus berharap lahirnya Crisis Center Korban FSP tersebut dapat mengakomodir Para Korban yang mungkin saat ini masih kesulitan dan bingung dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai Korban FSP,
"Kami membuka Hottline WhatsApps di 081513131786," tuturnya.
Menurut Oktavianus, kejahatan Fahrenheit adalah kejahatan yang sejak awal sudah dirancang sistematis dengan niat jahat, dengan menfaatkan daya tarik dari publik figur, artis-artis nasional, bagi-bagi hadiah dan promosi besar-besaran.
Bahkan ada publik figur yang berkesempatan dalam acara fahrenheit memberikan kata sambutan, memberikan pujian dan apresiasi.
Hal itulah yang menyebabkan Para Korban menjadi tergiur dan percaya, bahwa bisnis ini adalah bisnis yang tepat di masa pandemi.