Harga Pangan Kok Naik Berjemaah Jelang Puasa, Pemerintah Harus Beri Solusi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

- 12 Maret 2022, 22:05 WIB
Seorang calon pembeli daging di Pasar Atas Kota Cimahi tengah memilih daging  sapi yang harganya mencapai Rp160 ribu perkilo.  Jelang Ramadhan dan Idul Fitri 2022 dipastikan stok daging sapi aman tapi harganya naik.
Seorang calon pembeli daging di Pasar Atas Kota Cimahi tengah memilih daging sapi yang harganya mencapai Rp160 ribu perkilo. Jelang Ramadhan dan Idul Fitri 2022 dipastikan stok daging sapi aman tapi harganya naik. /Portal Bandung Tmur/may nurohman/

JURNAL SOREANG- Jelang puasa Ramadhan,  situasi kenaikan harga pangan yang satu per satu mulai merangkak sehingga seperti berjemaah.

Kondisi ini mendapat perhatian serius dari wakil rakyat asal Dapil Sulawesi Selatan II, Andi Akmal Pasluddin. Pasalnya, gejolak harga komoditas pangan strategis, seperti Tahu-tempe, Minyak Goreng, Daging, Cabai, Bawang, dan Daging Ayam terus terjadi tiap tahun, dan hingga kini seolah tidak memiliki solusi.

“Ini kondisi dunia memang tidak baik-baik saja. Ada efek berantai dari situasi dunia mulai dari dampak pandemi hingga konflik eropa yang yang melibatkan Rusia dan Ukraina," kata Andi Akmal.

Baca Juga: Harga Pangan dan Energi Naik Jelang Puasa, Harus Ada Satgas Khusus, Ini Maksudnya

Tapi dari sisi Sumber Daya Alam, negara kita Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai pengendali stok dan harga pangan. "Tapi ini sebaliknya, Indonesia terombang-ambing dengan situasi dunia yang sangat sensitif terhadap stok dan harga pangan”, kritis Akmal.

Politisi yang jug ketua Garda Pembela Keadilan ini menyarankan, agar pemerintah segera membuat rekomendasi penyelesaian jangka pendek dan jangka panjang.

Menjelang Puasa dan Lebaran, solusi jangka pendek sangat penting segera diberikan agar pangan kita tetap terjangkau dan yang paling penting ada stoknya.

Baca Juga: Produksi Kedelai Kian Turun, Impor Terus Naik, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

Akmal menambahkan, Solusi Jangka pendek selain operasi pasar, perlu pemerintah membuat aturan HET yang ketat yang merupakan subsidi harga untuk masyarakat tertentu dengan kemampuan daya beli rendah.

Pemerintah mesti mendengar aspirasi dari para peternak, petani, petambak budidaya ikan dan para pedagang agar kebijakan intervensi dapat tepat dan jitu untuk mengendalikan harga Pangan.

“Saya sudah menyampaikan di berbagai kesempatan rapat kerja, rapat dengar pendapat, di media baik lisan maupun tertulis, dari sejak tahun 2014, silih berganti presiden RI, tetap saja persoalan pangan ini tidak sesuai harapan masyarakat banyak," katanya.

Baca Juga: Belum Bulan Puasa, tapi Harga Kebutuhan Pokok Merangkak Naik, Andi Akmal: Pemerintah Harus Lakukan Tindakan

Bahkan tahun 2022 ini, kondisinya makin memburuk dimana antrian banyak terjadi dimana-mana untuk mendapat seliter atau dua liter minyak goreng.

Legislator asal Sulawesi Selatan II ini menjelaskan, bahwa Komoditas pangan strategis yang permintaannya terus meningkat setiap tahun menunjukkan bahwa komoditas pangan ini merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Masyarakat mayoritas Indonesia yang menggantungkan hajat hidupnya, seharusnya negara turut hadir sesuai amanat UUD 1945

Akmal mengutip Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3), yang menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Baca Juga: Pemerintah Salah Karena Harga Sembako Naik? Inilah Sebenarnya Penyebab Harga Bahan Pokok Semakin Melambung

“Artinya Persoalan pangan strategis ini tidak kalah penting dan mendesaknya dengan persoalan Minyak dan Gas Bumi. Maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.,” Seru Akmal.

Pria kelahiran Bone ini meminta solusi jangka panjang berkaitan dengan pangan ini dengan memberikan kepastian akan keseimbangan pertumbuhan produksi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi secara nasional.

Semua Komoditas pangan strategis mesti menjadi perhatian seperti Beras, Kedelai, jagung, gula, Minyak Goreng, Daging, Cabai, Bawang, dan Daging Ayam. Kebijakan pemerintah memperketat impor dan peningkatan jumlah produksi yang menyeimbangkan antara permintaan dan ketersediaan juga mesti diperkuat..***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah