Bangun Rasa Solidaritas Keluarga dan Komunitas untuk Lunasi Utang

13 September 2021, 10:48 WIB
Ilustrasi utang yang bisa bikin celaka. Ini cara lunasi utang yang benar /Reuters/Willy Kurniawan/

JURNAL SOREANG- Rasa solidaritas adalah hal penting dalam membina sebuah keluarga, jamaah atau komunitas. Jika keluarga, jamaah atau komunitas tanpa rasa solidaritas, maka itu berarti keluarga, jamaah atau komunitas yang mati.

Begitu kata Master Polarity Therapy, Yohannes Steve Tauran, saat dihubungi, Senin, 13 September 2021.

Di masa sulit seperti saat pandemi ini, rasa solidaritas sangatlah penting. Jangankan sesama keluarga, jamaah atau komunitas, dengan orang-orang di luar keluarga, jamaah atau komunitas pun perlu adanya rasa solidaritas.

Baca Juga: Utang Perusahaan Pengguna Kawasan Hutan kepada Pemerintah Capai Rp2,643 Triliun, Ketua Komisi IV DPR RI:Segel!

“Jangankan dengan sesama manusia, dengan sesama mahluk lainnya pun kita harus mengembangkan rasa solidaritas,” papar Steve.

Kini, katanya, di masa pandemi ini, banyak orang melakukan tutup lubang gali lubang demi membebaskan dirinya dari lilitan utang.

Sayangnya, antara harapan dan kenyataan tidak relevan. Para pelaku tutup lubang gali lubang itu tetap saja hidup dalam lilitan utang.

Baca Juga: Pusing dengan Utang? Baca Doa dari Rasulullah SAW Ini Agar Cepat Lunas

Karena itu Steve ingin membagikan cara jitu mengatasi utang tanpa harus menggali lubang utang lagi.

Caranya, ujar Steve, ya dengan rasa solidaritas itu!

Coba bangun solidaritas di dalam keluarga atau komunitas. Misal, Si Anu terjerat utang Rp 10 juta. Bagikan beban utang itu kepada seluruh anggota keluarga.

Jika ternyata keluarga besar kita beranggotakan 100 orang, maka dengan per orang menyumbang Rp 100 ribu, utang Si Anu akan beres.

Baca Juga: Pusing Terlilit Utang dan Ingin Cepat Melunasinya, Ini Doa yang Diajarkan Rasulullah

“Kawan saya mengalami hal itu,” kata Steve seraya mengisahkan pengalaman temannya.

Kisahnya, Lydia tertipu dalam sebuah bisnis bersama temannya. Gara-gara tertipu itu Lydia harus memikul beban utang Rp 100 juta. 

Lydia memberanikan diri berbagi beban kepada seluruh anggota keluarga besarnya. Alhamdulillah, kurang dari seminggu, utang Lydia beres.

Dengan cara itu, kata Steve, Lydia tenang, saudara-saudara yang menyumbangnya pun ikut senang. Pokoknya semua jadi hepi.

Baca Juga: Utang Indonesia Capai Rp6 Ribu Triliun, DPR RI Singgung Perluasan Pajak

“Dengan solidaritas seperti itu, kita bebas dari praktek riba,” ujarnya.

Memang tak gampang bangun rasa solidaritas dalam keluarga, jamaah, atau komunitas itu. Tapi, katanya, keluarga, jamaah atau komunitas yang tidak memiliki rasa solidaritas, sama dengan keluarga, jamaah atau komunitas yang mati. ***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler