Namun jumlah SDM, modal dan peralatan yang terbatas lah yang membuat ia belum bisa meningkatkan kapasitas produksi. Oleh karena itu ia pun belum berani melakukan promosi dan pemasaran dalam skala besar.
"Kami nggak terlalu mempromosikan, karena pemesan ada, tapi pengrajinnya nggak ada. Jadi, kadang-kadang pesan sekarang seminggu baru selesai," tutur Agus.
Baca Juga: RSUD Al Ihsan Cetak Kinerja Membanggakan. Ini Prestasinya
Menurut Agus, kendala modal berpengaruh terhadap daya tahan produknya. Soalnya agar tahan lama, produk jadi harus diberi obat khusus yang harganya tidak murah.
Dalam kondisi seperti itu, Agus berharap perhatian dari pemerintah. Tidak hanya terkait permodalan dan peralatan, ia juga ingin ada pelatihan bagi warga Cikancung agar semakin banyak yang bisa terjun sebagai perajin bambu.
"Kami masih butuh banyak peralatan pendukung untuk menggenjot produksi, supaya lebih cepat dan hasilnya bagus. Jadi pendukung lainnya, seperti tuner trus alat lukis bakar, saya belum punya. Jadi kalau sudah punya alat seperti itu mungkin kami bisa menggenjot produksi," kata Agus.***