JURNAL SOREANG - Perajin bambu di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung masih terkendala SDM, peralatan dan permodalan. Hal itu membuat mereka kesulitan memenuhi pesanan pasar yang justru trennya semakin meningkat.
Salah seorang perajin, Agus Salam mengatakan, sejak awal dirinya memilih untuk keluar dari pabrik tempatnya bekerja dan beralih profesi menjadi perajin bambu. "Saya berani mengambil keputusan itu, karena produk kerajinan bambu memiliki prospek yang bagus," ujarnya Kamis 22 Oktober 2020.
Agus memambahkan, kini ia sudah hampir tujuh tahun menjalani profesi barunya itu. Sejauh ini, ia pun mengaku bahwa produk buatannya sangat diminati pasar dan keuntungannya pun menjanjikan.
Baca Juga: Resmi Dibuka, Gemastik XIII Dikuti 2.869 Tim dari 175 Perguruan Tinggi. Berikut Divisi Lombanya
Biasanya, kata Agus, ia membuat produk kerajinan bambu berupa cangkir, gelas nampan, teko, tempat lampu, replika kapal finisi. Selain itu ia pun membuat kerajinan serupa dari bahan tempurung kelapa seperti kincir air dan pancuran.
Menurut Agus, peminat produk kerajinan seperti itu hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Namun ia tak berani mempromosikan produknya secara besar-besaran, karena kapasitas produksi yang dikhawatirkan tak memadai.
Saat ini, kata Agus, promosi sederhana di media sosial saja sudah mendatangkan konsumen cukup banyak. Terkadang pesanan dari media sosial itu pun tak sanggup dipenuhi semua oleh Agus bersama sembilang orang rekannya di komunitas Kuaci (Komunitas Awi Cikancung).
Baca Juga: Terungkap! Perempuan Hamil Tewas Dibunuh di Kamar Kontrakan di Soreang
Agus tak menampik, bahan baku memang tersedia melimpah di kawasan Cikancung. Soalnya sejak dulu kawasan itu memang kaya akan bambu yang biasanya digunakan oleh warga untuk sebatas membangun rumah dan pagar.