Kekurangan SDM, Modal dan Peralatan, Perajin Bambu Cikancung Keteteran Penuhi Pesanan

- 22 Oktober 2020, 20:55 WIB
Seorang konsumen tengah melihat produk kerajinan bambu karya warga Cikancung.
Seorang konsumen tengah melihat produk kerajinan bambu karya warga Cikancung. /Handri/Jurnal Soreang

JURNAL SOREANG - Perajin bambu di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung masih terkendala SDM, peralatan dan permodalan. Hal itu membuat mereka kesulitan memenuhi pesanan pasar yang justru trennya semakin meningkat.

Salah seorang perajin, Agus Salam mengatakan, sejak awal dirinya memilih untuk keluar dari pabrik tempatnya bekerja dan beralih profesi menjadi perajin bambu. "Saya berani mengambil keputusan itu, karena produk kerajinan bambu memiliki prospek yang bagus," ujarnya Kamis 22 Oktober 2020.

Agus memambahkan, kini ia sudah hampir tujuh tahun menjalani profesi barunya itu. Sejauh ini, ia pun mengaku bahwa produk buatannya sangat diminati pasar dan keuntungannya pun menjanjikan.

Baca Juga: Resmi Dibuka, Gemastik XIII Dikuti 2.869 Tim dari 175 Perguruan Tinggi. Berikut Divisi Lombanya

Biasanya, kata Agus, ia membuat produk kerajinan bambu berupa cangkir, gelas nampan, teko, tempat lampu, replika kapal finisi. Selain itu ia pun membuat kerajinan serupa dari bahan tempurung kelapa seperti kincir air dan pancuran.

Menurut Agus, peminat produk kerajinan seperti itu hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Namun ia tak berani mempromosikan produknya secara besar-besaran, karena kapasitas produksi yang dikhawatirkan tak memadai.

Saat ini, kata Agus, promosi sederhana di media sosial saja sudah mendatangkan konsumen cukup banyak. Terkadang pesanan dari media sosial itu pun tak sanggup dipenuhi semua oleh Agus bersama sembilang orang rekannya di komunitas Kuaci (Komunitas Awi Cikancung).

Baca Juga: Terungkap! Perempuan Hamil Tewas Dibunuh di Kamar Kontrakan di Soreang

Agus tak menampik, bahan baku memang tersedia melimpah di kawasan Cikancung. Soalnya sejak dulu kawasan itu memang kaya akan bambu yang biasanya digunakan oleh warga untuk sebatas membangun rumah dan pagar.

Namun jumlah SDM, modal dan peralatan yang terbatas lah yang membuat ia belum bisa meningkatkan kapasitas produksi. Oleh karena itu ia pun belum berani melakukan promosi dan pemasaran dalam skala besar.

"Kami nggak terlalu mempromosikan, karena pemesan ada, tapi pengrajinnya nggak ada. Jadi, kadang-kadang pesan sekarang seminggu baru selesai," tutur Agus.

Baca Juga: RSUD Al Ihsan Cetak Kinerja Membanggakan. Ini Prestasinya

Menurut Agus, kendala modal berpengaruh terhadap daya tahan produknya. Soalnya agar tahan lama, produk jadi harus diberi obat khusus yang harganya tidak murah.

Dalam kondisi seperti itu, Agus berharap perhatian dari pemerintah. Tidak hanya terkait permodalan dan peralatan, ia juga ingin ada pelatihan bagi warga Cikancung agar semakin banyak yang bisa terjun sebagai perajin bambu.

"Kami masih butuh banyak peralatan pendukung untuk menggenjot produksi, supaya lebih cepat dan hasilnya bagus. Jadi pendukung lainnya, seperti tuner trus alat lukis bakar, saya belum punya. Jadi kalau sudah punya alat seperti itu mungkin kami bisa menggenjot produksi," kata Agus.***

Editor: Handri


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x