Yang kedua sambung Asep, yakni pendekatan sistem yaitu membangun, dimana konstitusi sering kami kampanyekan dalam hal penanganan sampah sejak dari sumbernya.
"Jadi pilihannya ada dua, yakni mengurangi dan menangani. Kemudian dari pihak komunal ada program Bank Sampah Tematik, RW Zero Waste, dan lain sebagainya," jelas Asep.
Asep menjelaskan, nanti di hari ke-99, pihaknya akan launching program Kampung Bedas di tingkat desa, dimana desa diintervensi untuk mampu mengenali, mengidentifikasi, dan merumuskan sesuai kewenangan dan tanggung jawab dalam memelihara lingkungan bersama-sama dengan masyarakat.
Selain dua pendekatan penanganan sampah ungkap Asep, yakni darurat dan sistem, ada juga edukasi personal, komunal dan skala kawasan.
Menurutnya, rasio sampah berdasarkan Perpres 97 tentang Jastranas dan Perbup tentang Kebijakan Startegis Pengelolaan Sampah Daerah, telah disepakati di angka 0,35 kg per orang per hari.
"Dengan jumlah penduduk Kabupaten Bandung 3,7 juta jiwa, kisarannya 1350-an ton per hari. Itu berdasarkan rasio, tapi faktanya kita tidak pernah menemukan bandung lautan sampah, kecuali titik-titik di jalur lintasan," imbuh Asep.
Untuk armada lanjut Asep, pihaknya mempunyai 109 unit, termasuk pengadaan 3 tahun terakhir 30 unit. Tahun ini mudah-mudahan ada alokasi tambahan armada, mungkin di APBD Perubahan ataupun DAK.
Baca Juga: Berikut Poin Penting dari Isi Nota Kesepakatan Pemkab Bandung dengan BP2MI
"Mengingat pendekatan darurat menggunakan hitungan matematis, maka dapat dihitung jumlah armada yang diperlukan dengan jumlah sampah yang harus diangkut," terang Asep.