Bahkan, Saepul pun mengakui, apabila terjadi hujan di wilayah hulu, kendati di dua kampung itu tidak terjadi hujan, maka sudah bisa dipastikan bahwa wilayah itu terkena banjir.
“Soalnya, setiap banjir terjadi, kendati di Desa Haur Pugur sedang tidak ada turun hujan, namun banjir kerap terjadi di Kampung Popojok dan Kampung Cabok Kaler itu. Hal itu diakibatkan luapan air dari Sungai Citarik setelah turun hujan deras di hulu sungai tersebut. Kalau di hulu sungai itu kembali turun hujan, Desa Haurpugur rawan banjir,” ujarnya.
Baca Juga: Kawasan Unla dan Warga Disemprot PMI Jabar. Antisipasi Wabah Covid-19 yang Bisa Serang Kampus
Selain Kampung Popojok dan Kampung Cabok Kaler, Saepul juga mengungkapkan, bahwa Kampung Cabok Kidul yang bersebelahan dengan Kampung Cabok Kaler pun terkena dampak yang sama.
"Diperkirakan ada 200 rumah warga yang terdampak di Kampung Cabok Kidul." papar Saepul.
Selain akibat endapan sedimentasi Sungai Citarik, banjir juga diduga akibat sejumlah saluran alternatif sungai yang tertutup akibat adanya jembatan rek kereta api.
Baca Juga: Yuk Intip 10 Potret Park Seo Joon Yang Terlihat Awet Muda Walaupun Sudah Berusia 32 Tahun
“Selain itu, yang menjadi penyebab di tiga kampung itu menjadi langganan banjir, yaitu adanya penyempitan aliran sungai di jembatan rel kereta api, sehingga menimbulkan genangan karena aliran air tidak bisa mengalir dengan lancar,” ujar Saepul.
Diakui Saepul, lorong saluran air sungai di bawah jembatan itu sangat kecil dan rendah sehingga menghambat aliran air.
“Oleh karena itu, kami berharap kepada pihak terkait adanya penataan lingkungan dengan melibatkan pengelola kereta api, supaya aliran air lebih lancar dan tak terhalang oleh jembatan kereta api. Minimal di bawah jembatan itu, saluran airnya lebih besar untuk mempercepat aliran air supaya tidak terjadi genangan,” tuturnya.