"Sebenarnya ada momentum strategis bagi Golkar dan PKS untuk merajut kembali kemungkinan koalisi yang sama pada periode pemerintahan yang sedang berjalan dengan koalisi Golkar, PKS & Gerindra. Namun entah faktor apa yang mempengaruhi sehingga komunikasi politik yang dirintis waktu itu menemukan jalan buntu," tutur Djamu.
Sehingga, kata Djamu, PKS akhirnya berlabuh pada koalisi gemuk yang terdiri dari PKB, Nasdem, Demokrat dan PKS sendiri, membentuk sebuah kekuatan dengan 26 kursi di DPRD.
Baca Juga: Hati-Hati, Akibat Tanah Galian Sehingga Puluhan Pengendara Sepeda Motor Terjatuh
Sementara Koalisi Golkar & Gerindra hanya memiliki kekuatan 18 kursi DPRD dan koalisi PDIP-PAN 11 kursi DPRD.
Selain itu, munculnya figur Dadang Supriatna sebagai kandidat calon bupati yang diusung koalisi gemuk ini, juga sangat berpengaruh besar dalam konstelasi.
"Notebene Dadang Supriatna adalah kader militan Golkar yang mampu merekrut sebagian kader senior Golkar untuk mendukungnya, sehingga menambah persoalan tersendiri di intern partai petahana ini," kata Djamu.
Baca Juga: Enam Kota Jadi Favorit Destinasi Liburan Akhir Tahun. Ini Daftarnya
Di sisi lain, munculnya figur Sahrul Gunawan yang notabene selebriti, menunjukan fenomena baru sebagai Magnit politik tersendiri, khususnya bagi kaum emak-emak dan milenial.
Alhasil, Dadang Supriatna dan Sahrul Gunawan yang diusung diusung Koalisi PKB-Nasdem-Demokrat-PKS, mampu mengungguli paslon lainnya yaitu Nia Kurnia Agustina dan Usman Sayogi, yang diusung koalisi Golkar-Gerindra, serta Paslon Yena Iskandar Ma'soem dan Atep, yang diusung PDIP-PAN.
Selain keunggulan Dadang-Sahrul yang signifikan, hal lain yang menarik bagi Djamu adalah masyarakat yang menggunakan hak pilihnya mencapai 72,18 persen.