JURNAL SOREANG - Koalisi gemuk, keartisan dan militansi menjadi faktor utama dalam kemenangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan di Pilkada Kabupaten Bandung 2020.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Nurtanio Djamu Kertabudi mengatakan, dirinya sejak awal sempat memberikan gambaran peta politik jelang perhelatan pilkada Kabupaten Bandung.
"Di mana terdapat tiga poros kekuatan yang akan bersaing sengit, yaitu poros Golkar sebagai kekuatan petahana, PKS yang memiliki kekuatan signifikan berkaca dari hasil Pemilu 2019 yang meraih 10 kursi di DPRD Kabupaten Bandung dan PDIP yang pernah berjaya sebagai peraih suara terbanyak pada pemilu 1999 di Kabupaten Bandung," tutur Djamu, Rabu 16 Desember 2020.
Baca Juga: Tokoh: Kemenangan Dadang-Sahrul Pilkada Kabupaten Bandung 2020 adalah Amanah dan Beban Sejarah
Namun perkembangannya, kata Djamu, konstelasi politik berubah, PKS yang kekurangan satu kursi untuk dapat mengusung paslon sendiri, tidak memiliki tandem partai lain untuk berkoalisi.
"Akibatnya, peluang emas yang dimiliki partai ini untuk mewujudkan ekspektasinya dalam bersaing guna memenangkan kadernya dalam Pilkada 2020, menjadi kandas di tengah jalan," kata Djamu.
Dilain pihak, Golkar yang sudah mengerucut berkoalisi dengan PKB dan Gerindra, juga ditinggalkan oleh PKB di detik-detik akhir.
Baca Juga: Warga Kesal dengan Ceceran Tanah Galian yang Kotori Jalan. Akhirnya Gelar Kerja Bakti
PKB menarik diri dari koalisi tersebut, dengan alasan tidak ada kesepakatan penentuan bakal calon Wakil Bupati.