Pengakuan Mantan Napi Teroris Ustaz William Ma'soem: Awalnya Ingin Bantu Muslimin Tertindas, tapi Akhirnya...

8 November 2022, 10:46 WIB
Pengakuan Mantan Napi Teroris Ustaz William Ma'soem dalam sosialisasi deteksi dini pencegahan intoleransi radikalisme dan terorisme di Riung Panyaungan /Sarnapi/Jurnal Soreang

JURNAL SOREANG- Mantan napi teroris, Ustaz William Ma'soem, mengaku menjalani berbagai hukuman hanya karena pemahaman yang salah terhadap ajaran Islam.

"Saya pernah masuk lembaga pemasyarakatan bahkan diisolasi karena menjadi aktor keributan di penjara," katanya dalam sosialisasi peningkatan deteksi dini di Riung Panyaungan, Selasa 8 November 2022.

Bahkan, Ustaz William Ma'soem pernah merasakan ke tiga lembaga pemasyarakatan di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, karena sering menjadi biang keonaran.

Baca Juga: KH. Embay Mulya Syarief: Calon Pengurus MUI Harus Diuji Wawasan Kebangsaan agar Tak Tersangkut Terorisme

"Saya berprinsip kalau ga nakal ga asyik. Namun karena kelamaan nakal sehingga saya jenuh," ujarnya.

Ketika kuliah di UIN Sunan Gunung Djati, William diperlihatkan berbagai penindasan kepada kaum Muslimin baik di Palestina termasuk di Indonesia seperti Poso, Sulawesi Tengah.

"Dari hal itu sehingga saya ingin berjihad untuk melawan mereka yang menindas kaum Muslimin," katanya.

Akhirnya William direktur kelompok NII dengan keinginan agar bisa berperang.

Baca Juga: Diduga Terlibat Pidana Terorisme, Munarman Didakwa dengan Tiga Pasal

"Saya tanya ada senjatanya di NII? Ternyata mereka tak senjata sehingga saya plesetkan menjadi Negara Islam Ilusi," katanya.

Kemudian William masuk ke kelompok JAT di bawah pimpinan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir dengan mendapatkan pembinaan soal keagamaan.

"Bahkan saya menerima faham soal kafirnya melakukan upacara bendera, menghormat bendera, menyanyikan Indonesia Raya sampai PNS," katanya yang pernah menjadi Amir JAT Bandung.

Baca Juga: PNS di Tangerang Diduga Terlibat Terorisme, Tjahjo Kumolo Tegaskan Hal Ini

Bahkan, William juga mengafirkan orangtuanya yang tak sefaham. "Padahal saya pernah menjadi wakil kepala sekolah di sekolah milik ayah. Akhirnya karena tak sefaham sehingga saya dikeluarkan lalu bergabung ke kelompok radikal yang bisa mengirim saya untuk berjihad," katanya.

Karena JAT tak memiliki senjata sehingga akhirnya William masuk ke kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Namun karena saya dan kelompok kekurangan bekal sehingga dari Sulawesi kembali ke Jawa Barat. Namun, kami ingin mengurangi beban Muslimin termasuk anggota yang kena tangkap Densus 88," katanya.

Baca Juga: SU terduga Teroris Tewas ditembak mati oleh Densus 88 Anti Teror, Lalu Apa itu terorisme?

Namun caranya salah dengan William dan anggotanya melalukan perampokan toko ponsel bahkan bank di Jawa Tengah.

"Saya berhasil membawa uang dari bank sampai Rp500 juta lalu digunakan untuk menyantuni dan pergerakan," katanya yang waktu itu selalu membawa senjata api.

Setelah menjalani kehidupan yang dipenuhi pikiran intoleran dan radikal akhirnya William tersadarkan.

Baca Juga: Wow! Kabupaten Bandung Miliki 467 Ormas, Aam: Ormas Juga Harus Ikut dalam Deteksi Dini dan Cegah Radikalisme

"Ternyata cara-cara yang saya lakukan adalah salah dan menyengsarakan diri maupun keluarga bahkan masyarakat. Memang awalnya ingin membantu Muslimin yang tertindas," katanya.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler