Dampak Pandemi, Pedagang Kecil Keluhkan Peredaran LPG Melon Mahal dan Langka di Pasaran

27 Januari 2021, 19:20 WIB
Tabung LPG 3 kg /
JURNAL SOREANG - Di masa pandemi Covid 19, situasi semakin sulit dihadapi masyarakat Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
 
Selain harga bahan pokok melambung tinggi, peredaran Lpg 3 kilogram juga ikut langka dan mahal di warung eceran.
 
Hal tersebut dikatakan para pedagang kecil dan Ibu Rumah tangga di Wilayah Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.
 
Baca Juga: Yuk Cek Kesehatan! Siapa Sangka Rajin Senyum Membuat Kandungan Belerang dalam Kentut Bermanfat Untuk Tubuh.
 
Ai Kurnia, satu dari ribuan orang warga Ciparay yang mengeluhkan susahnya mendapatkan si melon.
 
"Mahal dan langkanya gas 3 kg di pasaran, melengkapi kesulitan khususnya pada pedagang kecil," keluh Ai Kurnia (44) kepada Jurnal Soreang, Rabu 27 Januari 2021.
 
Ai warga Depok, Desa Manggung Harja, Kecamatan Ciparay yang berprofesi berjualan nasi di wilayah Ciparay.
 
Baca Juga: Demi Ikan Cupang, RSW Nekat Mencuri Motor, Polisi Berhasil Membekuk Pelaku
 
Ia mengeluhkan kondisi gas LPG si Melon yang mahal dan langka sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir. Hingga saat ini masih stagnan, belum ada perubahan sama sekali.
 
"Harga gas 3 kg naik secara bertahap mulai dari harga 22 ribu, 23 ribu, kini harga di pasaran jadi 25 ribu," jelasnya.
 
Ai mengaku aneh dan janggal dengan terus naiknya harga si melon, bahkan harganya tidak merata.
 
Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19, Semua Bahan Pokok Pindah Harga, Ini Cerita Pedagang Nasi Ciparay Bandung
 
"Kenapa ya, harga LpG 3 kilo itu tidak sama, ada yang Rp 23ribu. Kalau di Ciparay, rata rata Rp 25 rebu," akunya.
 
Ai mengatakan, harga dari distributor itu 17 ribu rupiah. Kemudian setelah disalurkan ke agen, harganya menjadi 20 ribu rupiah.
 
"Saya menilai tidak wajarnya kenaikan harga gas LPG di pasaran, apakah kenaikan harga itu diakibatkan panjangnya alur distribusi," tegasnya.
 
Baca Juga: Masa PPKM, Polisi Minta Warga Disiplin Terapkan Prokes, Ini Alasannya
 
Dari agen, lanjut Ai, kemudian disalurkan lagi ke warung-warung, harganya menjadi naik di kisaran 23 ribu sampai dengan 25 ribu rupiah.
 
"Dengan harga yang terus mengalami kenaikan ini, jelas sangat memberatkan para pedagang, khususnya pedagang kecil," tuturnya.
 
Untuk berdagang di warung nasi miliknya, Ai membutuhkan setidaknya satu tabung sehari.
 
Baca Juga: Ramai, Pemilihan Ketua Umum MUI Jabar, Racjmat Sjafei Jadi Ketua Umum MUI Jabar Kembali
 
"Namun kenyataannya, dalam seminggu saya hanya mendapatkan 2 tabung gas. Kurangnya harus mencari ke tempat lain dengan harga yang mahal," keluhnya.
 
Dengan kondisi seperti ini, Ai meminta kepada pemerintah untuk turun langsung ke lapangan mengatasi kondisi yang terjadi.
 
"Jangan sampai kelangkaan dan mahalnya gas elpiji 3 kg terus berlangsung pada saat masa pandemi Covid-19 saat ini," pungkasnya.***

Editor: Rustandi

Tags

Terkini

Terpopuler