JURNAL SOREANG – Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, karya sastra merupakan salah satu sumber belajar potensial yang perlu didorong pemanfaatannya untuk meningkatkan minat baca, menumbuhkan empati, mengasah kreativitas, serta nalar kritis peserta didik.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo, dalam sesi gelar wicara Hari Buku Nasional 2024: “Sastra Masuk Kurikulum” di Plasa Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta, baru-baru ini.
Program Sastra Masuk Kurikulum diinisiasi oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek sejak tahun 2023 sebagai turunan dari Episode Merdeka Belajar ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar.
Program ini dilaksanakan dengan mengumpulkan sastrawan, akademisi, dan pendidik yang memiliki perhatian khusus terhadap pemanfaatan sastra dalam pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran di sekolah dihadapkan pada paradigma baru dalam pemanfaatan sastra di mana guru tidak hanya memberi tugas kepada murid untuk membaca sastra, namun dapat dirangkai menjadi satu kesatuan pembelajaran yang lebih bervariatif.
Sesi gelar wicara menghadirkan narasumber yang merupakan kurator buku-buku sastra untuk program Sastra Masuk Kurikulum, di antaranya penulis sastra Eka Kurniawan dan Abidah El Khaelieqy, serta guru Iin Indriyati.
Baca Juga: Hari Buku Nasional (Harbuknas) 2024: Saatnya Sastra Masuk Kurikulum Melalui Buku Bermutu