Sidang ke-27 Mastera Resmi Ditutup: Ternyata Generasi Muda Asia Tenggara Kurang Minat pada Sastra

- 8 Oktober 2023, 05:26 WIB
Seiring perkembangan zaman, seluruh negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) mengalami problema yang hampir sama. Minat dan kecintaan generasi muda di kawasan Asia Tenggara terhadap sastra kian menurun sehingga menyebabkan penurunan jumlah sastrawan muda, khususnya kritikus sastra.
Seiring perkembangan zaman, seluruh negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) mengalami problema yang hampir sama. Minat dan kecintaan generasi muda di kawasan Asia Tenggara terhadap sastra kian menurun sehingga menyebabkan penurunan jumlah sastrawan muda, khususnya kritikus sastra. /Kemendikbudristek /

JURNAL SOREANG—Seiring perkembangan zaman, seluruh negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) mengalami problema yang hampir sama.

Minat dan kecintaan generasi muda di kawasan Asia Tenggara terhadap sastra kian menurun sehingga menyebabkan penurunan jumlah sastrawan muda, khususnya kritikus sastra.

Menyadari realitas tersebut, seluruh negara anggota Mastera dalam Sidang ke-27 menyepakati untuk mengembangkan Mastera yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.

Upaya ini dilakukan agar sastra lebih dikenal oleh generasi muda dan dapat menumbuhkan bibit-bibit sastrawan muda yang aktif, kreatif, dan mumpuni pada masa depan.

 

Agenda utama Sidang ke-27 Mastera menindaklanjuti hasil putusan Musyawarah Sekretariat Mastera 2023. Dalam sidang tersebut, para delegasi menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi sastra di kawasan Asia Tenggara saat ini.

Minat dan kecintaan generasi muda terhadap sastra kian luntur dan Mastera hanya dikenal oleh kalangan terbatas.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, berharap melalui Sidang ke-27, seluruh negara anggota Mastera dapat berdiskusi untuk mencari solusi dan bervisi bersama untuk menjenamakan Mastera kepada generasi muda sekaligus menumbuhkan bibit-bibit sastrawan muda yang kreatif, aktif, dan mumpuni.

Baca Juga: Balai Bahasa Fasilitasi Program Penulisan Mastera, Begini Penjelasannya

“Mastera tidak boleh terlena dengan romantisme masa lalu. Romantisme tidak salah. Namun, Mastera harus tetap bergerak dengan penuh optimisme menyambut masa depan. Optimisme ke masa depan hanya dapat diraih apabila seluruh negara anggota Mastera bersepakat untuk saling bekerja sama dan siap membina generasi muda agar cinta terhadap sastra. Berbekal dari masa lalu, Mastera pasti dapat melompat ke masa depan untuk menumbuhkan bibit-bibit sastrawan muda yang kreatif, aktif, dan mumpuni,” ujar Aminudin.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Ketua Delegasi Mastera Brunei Darussalam, Awang Suip, menyampaikan bahwa sastra Mastera harus adaptif dan dapat dipakai oleh seluruh tingkat pendidikan dan pelbagai bidang ilmu.

Sesuai dengan objektivitasnya, Mastera harus mengembangkan program-program yang selaras dengan semangat ASEAN dan berdampak besar terhadap masyarakat global.

 

“Pascapandemi Covid-19 banyak program Mastera yang tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, Mastera Singapura menjalankan program-program pembinaan secara terbatas kepada kalangan muda secara daring melalui zoom. Contohnya, kelas diskusi, rapat kecil, kuliah sastra, dan seminar daring. Kegiatan daring tersebut sangat efektif dan efisien dana serta dapat menjangkau pelibatan di luar komunitas sastra. Selain itu, Mastera Singapura menginisiasi program-program sastra Mastera secara multibahasa dan tanggap teknologi agar Mastera lebih dikenal di kancah global,” tegas Azhar.

Ketua Delegasi Mastera, Azhar Ibrahim Alwee ingin memperkenalkan Mastera dalam berbagai level acara. Hal tersebut diamini oleh Ketua Delegasi Mastera Malaysia, Hazami.

“Dalam acara berlevel internasional, mari, perkenalkan sastra Mastera dengan mengunakan bahasa Inggris dan tetap memperkenalkan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Pada acara level ASEAN, kita utamakan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia agar generasi muda di kawasan ASEAN merasa bangga dan cinta dengan sastra dan bahasanya,” jelas Hazami.

 

Setuju dengan pernyataan para ketua delegasi tersebut, Aminudin selaku Ketua Sidang ke-27 Mastera, mengajak seluruh anggota delegasi untuk memilah program-program Mastera yang masih sesuai dan dapat dilaksanakan pada 2024 serta menggugurkan program-program yang sudah tidak relevan dan mustahil untuk dilakukan karena faktor keterbatasan di tiap negara anggota.

Pada 2023 tugas kepengurusan Mastera dipercayakan kepada Mastera Indonesia. Mastera Indonesia berada di bawah koordinasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Sebagai tuan rumah, Badan Bahasa telah melaksanakan seluruh agenda kegiatan Mastera tahun 2023, baik Musyawarah Sekretariat Mastera 2023 (Bogor, 20—23 Juni 2023), kegiatan Program Penulisan Mastera: Naskah Drama (Jakarta, 28 Agustus—1 September 2023), dan rangkaian kegiatan Sidang ke-27 Mastera (Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT), kegiatan Penghargaan Mastera, Forum Penulisan Sastrawan Tamu/Asuhan Mastera, dan Sidang ke-27 Mastera (Jakarta, 19—23 September 2023).***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah