Zulfikri menambahkan, guru yang mampu menyentuh hati peserta didiknya, dapat memotivasi anak tersebut untuk berperilaku lebih baik. “Anak yang sebelumnya nakal dan malas bisa menjadi lebih rajin,” ucapnya optimistis.
Kapuskurjar lebih lanjut menjelaskan bahwa Kemendikburistek berkomitmen menyusun kurikulum yang ideal agar guru maupun peserta didik menjalani proses pembelajaran dengan lebih aman, nyaman, dan menyenangkan.
“Kami tidak memaksakan guru-guru untuk menyelesaikan target pembelajaran pertahun melainkan dilonggarkan menjadi dua tahun untuk fase A. Memang ada yang satu tahun di kelas 10 tapi umumnya dua tahun sampai tiga tahun untuk pencapaian fase,” urainya.
Ia mencontohkan, untuk membuat anak lancar membaca khususnya bagi anak yang saat pertama kali masuk sekolah sama sekali belum mengenal huruf maka para guru punya waktu dua tahun untuk melatih anak tersebut sampai bisa membaca.
“Jangan salahkan kekurangan anak. Jangan pula kita mengejar target pembelajaran 100 persen tanpa memperhatikan kemampuan riil anak yang mungkin belum 100 persen menguasai pembelajarannya. Karena ini akan menjadi hutang pertanggungjawaban kita bagi generasi penerus bangsa di masa depan,” terang Zulfikri.
Kurikulum Merdeka dirancang untuk membantu guru menuntaskan tanggung jawabnya terhadap anak secara objektif sesuai dengan target pembelajaran yang relevan tanpa menyisakan beban persoalan bagi anak itu sendiri.***