Pengembangan Kompetensi Siswa di Era Disrupsi Teknologi Digital dalam Pandangan Dra. Hj. Tia Damayanti, MPd

- 27 Mei 2023, 11:26 WIB
Guru MAN 1 Kota Bandung Dra. Hj. Tia Damayanti, M.Pd.
Guru MAN 1 Kota Bandung Dra. Hj. Tia Damayanti, M.Pd. /Istimewa /

JURNAL SOREANG- Saat ini bila kita klik saja di google.com tentang pengertian disrupsi teknologi digital, maka akan muncul pengertian disrupsi teknologi yaitu perubahan sistem teknologi digital secara fundamental.

Dalam hal ini teknologi digital atau robot yang mampu mengubah peran dan menggantikan pekerjaan manusia.

Sesungguhnya disrupsi teknologi digital adalah masalah serius bagi kita semua sebab akhir-akhir ini disruptif teknologi menjadi bahan perbincangan dalam berbagai kehidupan.

 

Disrupsi teknologi dapat menciptakan kondisi baru, mengganggu atau merusak kondisi yang sudah ada, dan pada akhirnya teknologi dapat menggantikan kondisi terdahulu menjadi kondisi yang baru.

Marilah kita simak satu kondisi berkenaan dengan dampak disrupsi teknologi dalam Pendidikan. Contohnya: 1. Toko-toko buku menjadi sepi pengunjung, tetapi media ilmu meningkat dalam bentuk elektronik di media social, seperti dalam bentuk blog, video, ebook dll.

2. Peminat terhadap institusi pendidikan menurun, tetapi media pembelajaran online tanpa gelar meningkat.

Dalam sektor industri, dampak disrupsi teknologi, semisal Banyak mal besar yang terlihat sepi karena sepi pengunjung sehingga banyak pengusaha yang tutup. Namun demikian, transaksi e-commerce meningkat, transaksi jual beli terjadi di mana-mana tanpa ada batasan ruang dan waktu.

Baca Juga: Pemuda Muhamamdiyah Kabupaten Bandung Sikapi Peran Pemuda di Era Disrupsi

Dampak lainnya penggunaan transaksi perbankan konvensional menurun, tetapi penggunaan e-money meningkat.

Ada pun kalau kita melihat dari sektor transportasi, disrupsi teknologi berdampak di antaranya penggunaan jasa angkutan publik semakin sepi, tetapi penggunaan jasa transportasi online (economic sharing) semakin meningkat.

Jasa-jasa travel konvensional juga semakin langka pengunjung, tetapi jasa aplikasi travel semakin meningkat.

Inilah kondisi yang ada dan sedang terjadi yang harus kita sadari. Bersumber dari katadata.co.id digambarkan bahwa ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030 dengan transaksi e-commerce (2022) tumbuh 31,2% dari capaian 2021 Rp 401 triliun.

 

Sedangkan transaksi digital banking diperkirakan naik 24,8% (2022) menjadi Rp 49.700 triliun, uang elektronik tumbuh 17,13% mencapai Rp 358 triliun dan peningkatan nilai ekonomi digital layanan transportasi dan antar makanan online (gross merchandise value/GMV) sebesar US$ 6,9 miliar atau setara dengan 103.500 triliun bila kurs rupiah Rp.15.000 per dollar (2021).

Fakta lainnya penggunaan internet untuk kegiatan belajar siswa usia 5-24 tahun terus meningkat 59,33% (2020); dan sebanyak 70% guru menggunakan media sosial (Whatsapp, Facebook, Line, Instagram) untuk media pembelajaran jarak jauh.

Disrupsi teknologi digital yang terjadi, secara nyata dapat mengubah pola, model, pendekatan, dan proses bisnis dengan memasukkan identifikasi, mencipta strategi, memprediksi pangsa pasar, dan secara sistematik dapat meningkatkan kompetitif suatu produk.

Baca Juga: Sosialisasi E-Office Desa, Hendri: Kebutuhan Masyarakat Semakin Mudah dengan Basis Digital

Bahkan secara bersamaan dapat meningkatkan keunggulan suatu organisasi. Namun perlu kita sadari, bahwa percepatan perkembangan disrupsi teknologi digital tersebut memang semakin hari semakin terus meningkat.

Hanya, secara umum percepatan perkembangan disrupsi teknologi digital tersebut tidak diimbangi dengan kecepatan kompetensi dan skill sumberdaya manusia.

Menurut World Economic Forum, kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21 secara garis besar dibagi menjadi tiga kompetensi, yaitu kemampuan dasar (core skill), kemampuan menaklukkan tantangan (competencies), dan kualitas karakter menghadapi perubahan lingkungan (character qualities).

 

Masing-masing kompetensi dibagi menjadi beberapa sub-bagian, termasuk hard skill dan soft skill.

Kemampuan dasar (core skill) yang harus dimiliki mencakup kemampuan menulis, berhitung, memahami kejadian alam, pemahaman di bidang teknologi, literasi keuangan, dan pemahaman di bidang budaya dan sosial.

Sedangkan kemampuan menaklukkan tantangan meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkomunikasi (sifatnya sangat luas, bisa dalam bentuk interaksi, public speaking, social intelligence), dan kemampuan berkolaborasi (bekerja sama dengan orang lain). Kompetensi ketangguhan mental dimaksudkan adalah kompetensi dalam menghadapi segala sesuatu.

 

Kini, bagaimana generasi muda dapat merespon turbulensi disrupsi teknologi digital?

Setidaknya ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu Generasi muda harus memiliki komitmen terhadap peningkatan kompetensi dan ikut berperan dalam investasi pengembangan digital skills.

Upaya lainnya dengan selalu mencoba dan menerapkan prototype teknologi terbaru.

Cara lainnya melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan, dan terus meningkatkan kemampuan dalam literasi data, literasi teknologi, dan literasi kemanusiaan.

Baca Juga: Workshop Prodi Ilmu Politik FISIP UIN Bandung, Political Enterpreneurship di Era Digital

Lierasi data merupakan suatu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Literasi teknologi bermakna memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence dan engenering principles).

Sementara literasi kemanusiaan dimaksudkan menguasai ketrampilan kepemimpinan, berkarakter, bisa bekerja dalam tim dan berkolaborasi, mampu membangun relasi, berempati dan bersimpati, kelincahan dan kematangan berbudaya, inovasi, kreativitas, dan memiliki jiwa entrepreneur.

Apabila dilihat dari kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, maka disrupsi teknologi digital bisa dipandang dari berbagai aspek. Aspek pertama adalah produktivitas, yaitu sejauh mana teknologi dapat meningkatkan produktivitas, baik di dalam kerja individu maupun kerja bersama.

 

Patokannya adalah penggunaan teknologi baru dapat meningkatkan produktivitas. Aspek kedua adalah aspek keamanan. Perlu kita sadari bahwa faktor keamanan sangat penting untuk menghadapi disrupsi teknologi digital.

Yang ketiga aspek manajemen. Bagaimanapun juga pengelolaan yang baik akan menghasilkan karya dan kinerja yang baik. Dengan manajemen yang baik akan dapat mengurangi resiko yang terjadi.

Last but not least, jadikan IT sebagai prioritas dalam segala usaha dan karsa, karena IT adalah kompetensi yang niscaya diperlukan dalam bidang apa pun termasuk dalam bidang pendidikan.***

Penulis adalah guru MAN 1 Kota Bandung

 

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x