Asesmen Awal Pembelajaran dan Pembelajaran Berdiferensiasi Penting untuk Pemetaan Siswa

- 10 Juli 2022, 17:24 WIB
Dalam Webinar Sapa GTK 6, mengemuka berbagai kisah menarik para guru yang berjuang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di daerahnya.
Dalam Webinar Sapa GTK 6, mengemuka berbagai kisah menarik para guru yang berjuang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di daerahnya. /Kemendikbud ristek/

JURNAL SOREANG- Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek berkomitmen mengawal implementasi Kurikulum Merdeka, salah satunya dengan membantu penerapan asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran berdiferensiasi di satuan pendidikan.

Dalam Webinar Sapa GTK 6, mengemuka berbagai kisah menarik para guru yang berjuang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di daerahnya.

Webinar Sapa GTK 6 berlangsung baru-baru ini  dan menghadirkan berbagai narasumber, yaitu Iwan Syahril (Dirjen GTK), Indriyati Herutami (Academic Manager, Sekolah Bina Cita Utama, Palangkaraya), Oscarina Dewi (Indonesian Primary Principal Global Jaya School, Tangerang Selatan, Pranika Dian Dini (Guru Kelas 1 SDN 008 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara), dan Muhammad Ariefin (Guru Bahasa Indonesia, SMAIT Nurul Fikri, Depok, Jawa Barat).

Baca Juga: Pentingnya Guru Memahami Kompetensi Murid melalui Asesmen Awal Pembelajaran, Ini Penjelasannya

Pranika Dian Dini, guru SDN 008 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, adalah seorang guru muda yang menerapkan asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi. Ia bercerita bahwa sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari perkotaan dan mayoritas siswanya adalah anak-anak yang bekerja di perkebunan sawit.

Dini menjelaskan, ketika mulai mengajar ia mengetahui bahwa terdapat keberagaman tingkat kemampuan siswa, sebab tidak semua siswa pernah menempuh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Tidak semua murid mengenal huruf. Terdapat murid yang usianya sangat tinggi, sudah sembilan tahun, tapi belum mengenal huruf karena keterbatasan pendampingan orang tua di rumah. Hal ini menjadi perhatian kami, khususnya saat pandemi, tidak semua guru dapat masuk dan pembelajaran daring belum sepenuhnya dapat didukung,” tutur Dini.

Baca Juga: Asesmen Nasional Sempurnakan Sistem Evaluasi Pendidikan Indonesia, Berikut Penjelasan Mas Menteri

Berdasarkan fakta inilah maka para guru di sekolahnya merasa perlu memetakan kompetensi siswa secara detail supaya dapat memberikan pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi siswa.

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x