JURNAL SOREANG- Rektor UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. melantik 718 lulusan dan memberikan penghargaan kepada lulusan berprestasi.
Yakni, Neneng Tia Monika, SH, Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dan Deti Nopianti, S.Sos, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sebagai lulusan terbaik IPK tertinggi (3,93); serta Amanah Rofikoh, S.Psi, pada Wisuda ke-82 secara virtual melalui telekonferensi aplikasi zoom dan disiarkan langsung pada kanal youtube UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Sabtu 28 Agustus 2011.
Ke-718 wisudawan itu berasal dari Fakultas Ushuluddin 54 orang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 91 orang; Fakultas Syariah dan Hukum 70 orang; Fakultas Dakwah dan Komunikasi 77 orang; Fakultas Adab dan Humaniora 78 orang; Fakultas Psikologi 20 orang; Fakultas Sains dan Teknologi 98 orang; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 54 orang; Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 46 orang; S2 88 orang dan S3 42 orang.
Ketua Senat Universitas, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS berpesan setelah lulus adalah mengabdi kepada Masyarakat, untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan mengamalkan ilmu
"Sebagai cendikiawan muslim yang Ulul Albab, memadukan antara zikir dan fikir, mampu berfikir mendalam, substansial, dan peduli dengan problem yang dihadapi masyarakat," katanya.
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si mengajak civitas akademika untuk merawat sikap optimistis dalam menghadapi tantangan kehidupan, termasuk pandemi Covid-19.
"Dalam situasi yang saat ini, banyak orang merasa cemas, kita baca berbagai macam informasi, hampir sebagian besar tokoh bangsa saat ini sedang cemas. Mereka khawatir terhadap kehidupan kelangsungan bangsanya di masa yang akan datang," katanya.
Hal itu karena mereka menganggap saat ini situasi dunia dalam persimpangan jalan yang dalam bahasa lainnya situasi dunia sekarang penuh ketidakpastian.
Sebagai lulusan dari UIN SGD haram lulusannya masuk kategori was-was, apalagi pesimistis.
"Kenapa? Sahabat Ali pernah mengungkapkan seorang pemenang itu orang yang optimistis melihat keadaan, peluang, tetapi sebaliknya seorang pecundang seorang yang pesimistis melihat keadaan, khawatir. Saya berharap wisudawan-wisudawati kita masuk kategori yang pertama melihat keadaan yang penuh dengan tantangan, peluang, bukan menjadikan kita khawatir," katanya.
Rektor menegaskan Allah menciptakan orang untuk zaman dan menciptakan zaman untuk orangnya. "Apa artinya bagaimanapun keadaan, maka dia bisa akan melewati, dia akan bisa mengurus keadaan tersebut," katanya
Sebagai perguruan tinggi yang memiliki jargon wahyu memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah, Rektor menginginkan civitas akademika agar menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak mulia.
"Oleh karena, dimana pun berada, semangat Wahyu memandu ilmu harus jadi motivasi, sehingga ilmu, saudara memberikan manfaat, menjadi rahmat lil alamin. Lulusan harus tampil sebagai Sarjana, Magister, Doktor yang memiliki akhlak mulia. Karena negeri kuat, jika akhlak bagus," katanya.***