Pejabat Pemkab Bandung Ini 'Hijrah' Jadi Dosen, Kini Pegang Mata Kuliah Ekologi Administrasi yang Terasa Asing

- 20 April 2021, 11:43 WIB
Mantan Kabid Perdagangan Dalam dan Luar Neeri Disperindag Kabupaten Bandung, Dr. Engkus Kustyana, M.Si yang memilih menjadi dosen
Mantan Kabid Perdagangan Dalam dan Luar Neeri Disperindag Kabupaten Bandung, Dr. Engkus Kustyana, M.Si yang memilih menjadi dosen /Istimewa/

JURNAL SOREANG- Namanya Dr. Engkus Kustyana, M.Si, yang sebenarnya memiliki karier cukup bagus di lingkungan Pemkab Bandung. Namun, pada tahun 2015 memilih 'hijrah' menjadi dosen UIN Sunan Gunung Djati (SGD) dengan jabatan terakhir di Pemkab Bandung adalah Kabid Perdagangan Dalam dan Luar Negeri.

"Untuk mengembangkan dan memanfaatkan ilmu secara lebih luas dan berkah meski.kalau tetap di Pemkab Bandung mungkin bisa menjadi kepala dinas," ujar Engkus sembari tertawa.

Dihubungi Selasa, 20 April 2021, Engkus menyatakan ingin hidupnya lebih bermanfaat dan berkah sehingga berani memutuskan menjadi dosen. "Bukan berarti tetap di Pemkab Bandung kurang bermanfaat dan tidak berkah, namun menularkan ilmu akan lebih terasa manfaat dan berkahnya," ujarnya.

Mengenai amanah mata kuliah Ekologi Administrasi, Engkus menyatakan, dirinya diberi amanah oleh Dekan FISIP UIN SGD, Prof. Ahmad Ali Nurdin, MA, P.h.D,  pada tahun ajaran semester genap 2020/2021 sebanyak 4 kelas.

"Mata kuliah ini sebagai implementasi kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dan sesuai dengan Permendikbud Nomor 3Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.  Ruhnya adalah pembelajaran dalam Kampus Merdeka dengan  memberikan tantangan dan kesempatan kepada mahasiswa untuk pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil,interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya," kata pria asal Pangandaran ini.

Baca Juga: Mantul, Tim Debat Hukum Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Raih Juara Satu

Baca Juga: Djamu Kertabudi: Pelantikan Bupati Terpilih Tertunda, Birokrasi Pemerintahan di Kabupaten Bandung Jadi Rumit

Engkus mengakui, nama  Ekologi Administrasi masih terasa asing di masyarakat."Mata kuliah ini mengkaji bagaimana secara ekosistem antara administrasi publik, kebijakan publik, manajemen publik dll  saling mempengaruhi," ujarnya.

Dia mencontohkan pemerintahan Tasikmalaya yang masyarakatnya kental dengan  santrinya, maka apakah ada  pengaruh predikat  kota santri kepada kebijakan pemerintahnya.

"Diharapkan para mahasiswa yang mempelajari mata kuliah ini bisa  bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya. Kalau nanti mahasiswa jadi pejabat juga selalu memikirkan dan peduli kondisi masyarakat," katanya.

Baca Juga: Usia 53 Tahun, UIN SGD Ditantang Buat Buku Sejarahnya dan Bersaing di Internasional

Baca Juga: Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dengan Birokrat Profesional Jadi Tantangan Besar

Proses Belajar Mengajar mata kuliah Ekologi Administrasi, kata Engkus,  dimanfaatkan  juga agar mahasiswa memahami secara teoretis  dan praktik birokrasi secara ekologis sebagai ekosistem, sehingga mahasiswa paham teori dan mengerti apa yang terjadi pada dunia praktik birokrasi saat ini.

"Mahasiswa satu kelas dibagi 10 kelompok sehingga karena saya  ngajar 4 kelas dengan total ada 40 kelompok.  Ditargetkan satu kelompok membawa satu artikel dengan tema yang berbeda sesuai tema materi kuliah,  untuk dibahas didiskusikan secara bergiliran dan berurutan  dalam proses pembelajarannya," katanya.

Hasilnya   adalah satu kelompok membuat satu artikel yang dibuat kelompok berdasarkan hasil penelitian lapangan ke kembaga publik.

Baca Juga: Pandangan Pengamat Politik Dan Pemerintahan UI, Terkait Klarifikasi Anies

Baca Juga: UIN Sunan Gunung Djati Bandung Inisiasi Pendirian IAIN Pangandaran

"Penelitian bisa ke lembaga paling rendah tingkat desa/kelurahan. Jadi total di akhir kuliah ada 40 artikel jurnal yang membahas Ekologi Administrasi dari berbagai tema. Direncanakan semua artikel akan diterbitkan di jurnal, minimal diterbitkan di OJS (open journal systems)," katanya.

Dengan harapan hasil karya mahasiswa  dapat dibaca secara on line, untuk menambah kontribusi khasanah ilmu pengetahuan berbasis penelitian.

"Hingga pertemuan ke-7 telah diterbitkan secara bertahap 5 artikel di antaranya pada Jurnal Inovasi Penelitian (JIP)- https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/Editorial_Team. Artikel lainya direncanakan akan diterbitkan juga, karena ada pengelola jurnal yang meminta untuk mengisinya, dan akan saya manfaatkan artikel hasil karya bahasan mahasiswa semester 6 ini," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah