Hal itu diperlukan karena menurut Dede, etos itu sudah mulai meredup dan turun.
"Banyak anak anak yang malah main keluar dan tidak belajar, malah kita dapat laporan, ada sebagian anak anak ini malah bekerja membantu orang tua. Kalau anak anak ini bekerja membantu orang tua, mereka tidak mau sekolah lagi karena sudah tau mendapatkan uang, ini yang perlu kita jaga." ungkapnya.
Baca Juga: DPR: Haji Ditunda untuk Hindari Kerusakan yang Lebih Besar
Bahkan menurut Dede, apabila hal itu terus dibiarkan maka sentuhan pendidikan karakter yang didorong pada anak akan hilang, sehingga bisa memicu kemunduran pola pikir pada satu generasi.
"Kita sudah kehilangan satu tahun, kita kehilangan sentuhan pada anak didik ini tidak ada pendidikan karakter. jaman sekarang ini anak anak mudah mendapatkan informasi dari google, tapi untuk mendapatkan sentuhan karakter, building softskill itu ga bisa dari google, harus ada mentor, pendidik." jelasnya.
Jadi, pada penerapan saat pelaksanaan sistem belajar tatap muka, secara teknis ada 50 persen tatap muka, 50 persen virtual.
Baca Juga: Ilmuwan Nuklir Dibunuh, Iran Tuding Israel Jadi Dalangnya
"ada shift-shift per harinya, itu untuk mengembalikan kembali sentuhan antara belajar mengajar itu tadi." harap Dede.***