Perhatikan! 6 Faktor Penyebab Toko Buku Gulung Tikar, Salah Satunya Ancaman E-book

9 Juni 2023, 08:21 WIB
Ilustrasi toko buka, Perhatikan! 6 Faktor Penyebab Toko Buku Gulung Tikar, Salah Satunya Ancaman E-book /Unsplash

JURNAL SOREANG - Gulung tikarnya Gunung Agung cukup mencengangkan masyarakat Indonesia. Mengapa tidak? Gunung Agung adalah salah satu toko buku yang melegenda. Lalu apa faktor yang dapat mendorong toko buku dalam kehancuran?

Indrawan Nugroho, Corporate Innovation Consultant serta founder dan CEO dari Corporate Innovation Asia (CIAS) ini, mengungkap faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi toko buku.

Indrawan menjelaskan, bahwa terdapat faktor internal dan juga eksternal yang menyebabkan gulung tikarnya sebuah toko buku.

Baca Juga: Polisi Bongkar Modus Penipuan Lowongan Kerja Secara Daring Dan Berhasil Meringkus 2 Orang Tersangka

Ia menjelaskan secara rinci faktor eksternalnya. Berikut Jurnal Soreang rangkum menjadi 6 faktor penyebab toko buku gulung tikar.

1. Pandemi

Tidak dipungkiri pandemi Covid-19 selama 3 tahun ke belakang menjadi faktor yang sangat mempengaruhi performa toko buku dalam memasarkan buku-bukunya.

Menurut Indrawan, saat pandemi, orang-orang tidak menjadikan buku sebagai prioritas untuk dibeli, serta terbatasnya ruang gerak masyarakat untuk pergi ke toko buku, membuat daya beli buku menurun drastis.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mengungkapkan, sebesar 58,2% omset penerbit menurun. Selain itu, produktivitas penerbit pun menurun dari 13.757 judul pada tahun 2019, menjadi 7.382 judul pada tahun berikutnya.

Baca Juga: Rumor!! Andy Muschoetti Sturadara The Flash Akan Diboyong Ke DC Universe Milik James Gunn

2. Literasi Masyarakat Indonesia Rendah

Indrawan mengungkapkan data dari penelitian Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, bahwa orang Indonesia hanya membaca 3-4 kali perminggu. Sehingga tiap tahunnya orang Indonesia hanya membaca 5-9 buku saja.

3. Transformasi Digital

Indrawan mengungkapkan, bahwa pandemi Covid-19 telah mengakibatkan nilai pasar penerbit buku dunia juga ikut turun, yang semula pada tahun 2019 sebesar USD 92,8 miliar, menjadi USD 85,9 miliar pada tahun berikutnya.

Sedangkan E-Book global diperkirakan terus tumbuh dengan CAGR 2% pada 2020-2027.

Sisi lain, indrawan menyadur perkataan Rosidayati Rozalina, Ketua Umum Pengurus Pusat IKAPI. Ia mengungkapkan, bahwa sebanyak 85% orang Indonesia masih suka membaca buku fisik, karena membaca buku fisik itu melibatkan emosional dan setiap orang memiliki referensinya masing-masing.

Baca Juga: Catat, Ini 7 Efek Negatif Akibat Keseringan Tidur Larut Malam bagi Kesehatan Tubuh yang Patut Diwaspadai

Tidak hanya e-book, konten audio-visual lebih menarik masyarakat, sehingga mengurangi minat baca masyarakat.

4. Pembajakan Buku

Bagi para penulis dan penerbit, perang terhadap pembaca buku tidak pernah selesai. Justru saat ini semakin tidak dapat dikontrol dan dengan mudahnya dijual di secara daring.

Indrawan berkata, “Mirisnya masyarakat pembaca bersikap permisif terhadap buku bajakan atau barangkali justru menikmatinya kali, ya? Padahal kita tahu ya pembajakan buku itu merugikan banyak pihak dan membunuh kreatifitas.”

5. Rendahnya royalti bagi penulis & pendapatan penerbit

Indrawan juga menyadur perkataan Briliant Yotenega, Pendiri Nulisbuku.com dan Storial.co, bahwasanya penulis hanya mendapatkan sekitar 10% dari royalti Itupun didapatkan setelah menunggu hingga 6-12 bulan, sejak karyanya diterbitkan.

Baca Juga: Apa Itu Nilai ASPD yang Dikaitkan dengan PPDB DIY 2023? Siswa SD dan SMP Jogja Wajib Tahu!

“Selain itu, para penerbit pun punya masalah, yaitu margin profitabilitasnya rendah, karena porsi besarnya masuk ke distributor dan toko buku,” ujar Indrawan.

6. Dianggap tidak dapat beradaptasi

Sisi lain, Wien Muldian, CEO Indonesian Writers Inc. berkata, “Secara umum, minat baca kita tidak rendah. Tetapi akses terhadap bacaannya tidak mudah dan harga buku belum cocok dengan daya beli, karena rantai distribusinya bermasalah.”

Ia meyakini bahwa justru orang-orang mulai jenuh dengan digital. Namun toko buku tidak berinovasi untuk menjaga pelanggannya dan juga tidak melakukan transformasi digital, ketika penikmat buku sudah bergantung pada toko buku daring.***

Editor: Rustandi

Sumber: YouTube Indrawan Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler