Penginapan Wisatawan di Ciwidey Sudah Penuh Sampai Akhir Tahun

29 September 2020, 10:14 WIB
Wisatawan bercengkerama dengan rusa di obyek wisata Ranca Upas, Kecamatan Rancabali. Sejumlah penginapan yang dikelola PTPN 8 sudah dipesan sampai akhir tahun ini /Sarnapi/

 

 


JURNAL SOREANG.- Berbeda dengan obyek-obyek wisata lainnya yang mengalami penurunan, tapi
kunjungan obyek wisata di Ciwidey dan Rancabali di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) sudah mulai normal. Bahkan, penginapan wisawatan sudah penuh disewa sampai akhir tahun ini.

"Kalau sudah maauk ke akhir pekan atau week end sangat kesulitan memenuhi kebutuhan wisatawan karena penginapan selalu penuh," kata Penanggung Jawab Unit Rancabali dan Malabar Agrowisata PTPN 8, Sergio Swindia, saat dihubungi, Selasa, 29 September 2020.

Dia menambahkan,  semua pasar wisatawan berupaya diraihnya baik wisatawan keluarga dan pribadi maupun dari usia anak-anak sampai dewasa.

"Namun kami terkendala dengan kemampuan penginapan yang terbatas. Khusus di penginapan yang kami kelola sampai akhir Desember sudah full booked atau habis dipesan . Bahkan, sampai Januari 2021 juga sudah banyak yang pesan," ujarnya.

Baca Juga: Akibat PSBB Pengunjung TWA Batu Kuda Gunung Manglayang, Turun Hingga Empat Puluh Persen.

 

Sergi mengutarakan banyaknya wisatawan yang datang ke Ciwidey dan Rancabali karena alamnya yang nyaman dan banyak obyek wisata. Apalagi Kecamatan Rancabali masuk zona hijau Covid-19.

"PTPN 8 mengelola beberapa obyek wisata termasuk penginapan. Kami membuka kesempatan kepada para pengusaha untuk mengembangkan wisata ini termasuk penginapannya," katanya.

Mengenai agrowisata, Sergi mengatakan, PTPN 8 membuat agrowisata PTPN 8 pada tahun 2009 yang mencakup Gunung Emas Puncak, Malabar Pangalengan, Tenjoresmi Sukabumi, Curug Tilu Lembang, dan Ciwidey-Rancabali.

Baca Juga: 10 Ponsel 5G Terbaik September 2020

 

"Tiap obyek wisata maupun penginapan memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti di Malabar, Pangalengan, lebih banyak menonjolkan sisi sejarah sebab ada makam Boscha. Kami juga sedang mengembangkan Gunung Nini di Pangalengan sebab kebanyakan wisawatan dari Belanda yang ingin napak tilas kehidupan nenek moyangnya di Kebun Teh Malabar," katanya.

Dia mengatakan, pengembangan pariwisata ini juga akan berdampak kepada perekonomian warga. "Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak kepada ekonomi warga. Setelah membuka obyek wisata alhamdulillah mulai kembali normal kunjungan wisatawannya," katanya.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler