Protokol Kesehatan Lebih Ampuh Ketimbang Vaksin Covid-19, Ini Alasannya

- 19 Oktober 2020, 14:46 WIB
Tes Cepat dan Tes Usap PPK dan PPS KPU Kabupaten Bandung.
Tes Cepat dan Tes Usap PPK dan PPS KPU Kabupaten Bandung. /Handri/Jurnal Soreang


JURNAL SOREANG - Kemandirian Indonesia dalam penyediaan vaksin Covid-19 baru ditargetkan terealisasi pada 2022. Hal itu menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan sebagai perlindungan terdepan terhadap paparan virus korona.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto, saat ini kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia diperkirakan mencapai 320 juta dosis dengan asumsi penggunaan vaksin dosis ganda seperti yang diproduksi Sinovac dan Sinopharm. "Kalau melihat jumlah orang yang perlu mendapatkan vaksinasi mencapai 160 juta orang," ujarnya dalam konferensi pers virtual di kanal Youtube Resmi Kemenkes, Senin 19 Oktober 2020.

Menurut Yuri, jumlah itu dihitung dari terget untuk mencapai kekebalan imunitas massal (herd immunity) yang hanya membutuhkan vaksinasi terhadap 70 persen jumlah penduduk yang memenuhi syarat.

Baca Juga: Dimulai November-Desember 2020, Inilah 2 Kelompok Yang Mendapat Prioritas Vaksinasi Covid-19 Baca Juga: Dimulai November-Desember 2020, Inilah 2 Kelompok Yang Mendapat Prioritas Vaksinasi Covid-19

Syarat tersebut, kata Yuri, sesuai dengan data dalam uji klinis tahap 3 yang dilakukan oleh hampir seluruh produsen vaksin Covid-19. Data tersebut menunjukan bahwa vaksinasi baru bisa dilakukan secara aman untuk orang yang berusia 18-59 tahun dan tak memiliki penyakit bawaan yang berat.

"Di luar usia itu kita tidak memiliki data uji klinisnya. Jadi usia 0-18 tahun dan 60 tahun ke atas, belum akan divaksinasi. Bukan berati akan diabaikan, tetapi karena penelitian masih terus dilanjutkan untuk rentang usia tersebut," tutur Yuri.

Meskipun demikian dengan jumlah itu saja, ketersediaan vaksin di Indonesia masih jauh dari kebutuhan setidaknya sampai akhir 2021. Soalnya selain vaksin untuk 9,1 juta orang yang akan dikirimkan oleh Sinovac, Sinopharm dan CanSino pada November-Desember 2020, Indonesia baru dipastikan akan mendapat vaksin 100 juta dosis vaksin dari AstraZeneca pada 2021.

Baca Juga: Alhamdulillah, Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Dimulai November-Desember untuk 9,1 Juta Orang

"Pada 2021, Sinovac memang akan mengirimkan bahan baku kepada biofarma untuk memproduksi vaksin di Indonesia. Namun produksinya baru akan dimulai tahun depan, karena uji klinis tahap 3 di Bandung direncanakan baru rampung pada Desember 2020," kata Yuri.

Sementara itu penelitian Vaksin Merah Putih yang juga diprediksi baru bisa selesai pada akhir 2021. Artinya, Indonesia baru bisa mandiri dalam penyediaan Vaksin Covid-19 pada 2022.

Dalam kondisi seperti itu, Yuri menegaskan bahwa vaksin bukanlah lini pertama penanggulangan Covid-19. Kepatuhan terhadap protokol kesehatan pun tetap menjadi garda terdepan untuk melindungi masyarakat dari paparan virus korona.

Baca Juga: Aktivis KAMI Ditangkap, Refly Harun Singgung Emak-emak yang Beri Makanan Pada Pengunjuk Rasa

"Vaksinasi sangat kami harapnya bisa memberi perlindungan terhadap masyarakat agar tidak jatuh sakit, tetapi tidak melindungi paparan sehingga mereka tetap bisa terkena virus korona. Sekalipun kebal dan tidak jatuh sakit, virus korona tetap bisa masuk ke dalam tubuh seseorang," tutur Yuri.

Dalam kondisi seperti itu, Yuri menegaskan bahwa orang yang tidak jatuh sakit, tetap bisa menularkan virus korona kepada orang lain yang belum mendapat vaksinasi. Jika imunitas mereka yang tertularkan rendah, maka mereka bisa jatuh sakit dan sampai meninggal dunia.

Gambaran riilnya, ujar Yuri, adalah data kasus konfirmasi positif Covid-19 saat ini. Sekitar 80 persen yang dinyatakan positif, ternyata tidak jatuh sakit atau disebut sebagai orang tanpa gejala (OTG).

Baca Juga: Ajaran Islam Wajibkan Pakai Masker. Ini Alasannya

Oleh karena itu Yuri berharap bahwa masyarakat tidak menanamkan stigma yang salah bahwa vaksi adalah penyelesaian akhir pandemi Covid-19. "Kalau ada vaksin, bukan berarti selamat tinggal protokol kesehatan, selamat tinggal masker," ujarnya.

Selain itu, Yuri melansir bahwa sampai saat ini belum ada penelitian yang memastikan berapa lama vaksin Covid-19 bisa memberikan daya tahan seseorang terhadap virus korona. Belum tentu bisa seperti vaksin Hepatisis dan Polio yang bertahan seumur hidup, bisa saja seperti vaksin Meningitis hanya bertahan 2 tahun.

"Secara teori ada yang menyebutkan vaksin Covid-19 bertahan 6-24 bulan. Jika ambil tengahnya 1 tahun, sangat penting untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan Vaksin Merah Putih bisa segra diproduksi dan digunakan," tutur Yuri.***

Editor: Handri

Sumber: YouTube Kemenkes RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x