Dibalik Moeldoko vs Dokter, Fakta Inilah yang Harus Menjadi Interospeksi Bersama

- 4 Oktober 2020, 18:19 WIB
Pemakaman ODP Corona di Kecamatan Rogojampi tetap mengikuti tata cara pemakaman Covid-19 yang ditetapkan Kemenkes.*/
Pemakaman ODP Corona di Kecamatan Rogojampi tetap mengikuti tata cara pemakaman Covid-19 yang ditetapkan Kemenkes.*/ /Istimewa

JURNAL SOREANG - Pepatah mengatakan..."Lidah lebih tajam daripada pedang". Lebih jauh, akibatnya bisa seperti pepatah lain..."Mulutmu Harimaumu".

Kedua pepatah itu pada intinya memberikan pesan kepada semua agar berhati-hati menjaga lisan. Soalnya terkadang apa yang kita katakan, bisa tanpa sadar menyakiti perasaan orang lain dengan rasa sakit yang lebih dari saat disayat dengan pedang.

Tak berhenti sampai di situ, besar kemungkinan orang yang tersakiti menyimpan rasa dendam dan menyerang balik. Serangan balik itu bisa seganas harimau yang menerkam mangsanya.

Baca Juga: Setelah Tujuh Bulan Terhenti, Umrah Mulai Dibuka. Beberapa Lokasi Tak Boleh Dijamah Jemaah

Hal itulah yang kini dialami oleh Kepala Staf Kepresidenan yang juga mantan Panglima TNI, Moeldoko. Pernyataannya terkait rumah sakit agar tidak gampang meng'covid'kan pasien yang meninggal dunia, kini berbalik serangan pada dirinya, dari para dokter dan tenaga kesehatan di media sosial.

Sebagai seorang pejabat publik, Moeldoko memang tak seharusnya mengeluarkan pernyataan yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Namun pernyataan itu bukan tanpa alasan, karena tak sedikit keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait vonis positif Covid-19 yang ganjil.

Berikut sejumlah contoh kejadian vonis positif Covid-19 yang belakangan ternyata negatif:

Baca Juga: Warga Palestina: Semua Dikendalikan Israel. Kami Tak Bisa Berbuat

1. Aktivis di Kalimantan Timur
Direktur Ekskutif Wahana Lingkungan Hidup Kaltim Yohana Tiko dan pengurus Lembaga Bantuan Hukum Samarinda Bernard Marbun sempat divonis positif oleh Satgas Penanganan Covid-19 Samarinda pada 30 Juli 2020. Namun keduanya curiga terhadap vonis tersebut, karena Satgas tidak pernah memperlihatkan bukti hasil tes usap tertulis.

Kecurigaan membuat keduanya melakukan tes usap ulang secara mandiri di RS Pertamina Balikpapan pada 4 Agustus 2020. Hasilnya, Yohana dan Bernard ternyata dinyatakan negatif berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh RS Pertamina Balikpapan pada 6 Agustus 2020.

2. ASN dan Jemaat Gereja di Tegal
Kamis 30 Juli, dua ASN Dinas Kesehatan Kota Tegal Yuli dan Winda menjalani tes usap yang dilakukan oleh gugus tugas Covid-19 Jawa Tengah dan hasilnya mereka divonis positif keesokan harinya. Sempat menjalani isolasi empat hari tanpa gejala apapun, mereka mencari pendapat kedua dan ketiga dengan melakukan tes usap ulang di RS Mitra Keluarga dan Laboratorium Prodia Tegal dan benar saja ternyata hasilnya negatif.

Baca Juga: Sepekan Kampanye, Bawaslu Masih Temukan Pelanggaran di Pilkada Kabupaten Bandung

Selain Yuli dan Winda, seorang jemaat Gereja bernama Putri Indah (33) juga divonis positif saat setelah menjalani tes usap 30 Juli. Namun setelah melakukan tes usap ulang di RS Islam Harapan Anda Tegal, ternyata hasilnya negatif.

3. Pasien di Banyuwangi
Seorang pasien asal Banyuwangi yang dirawat di salah satu rumah sakit di Surabaya, sempat divonis postif pada 25 April 2020 sore. Namun hanya selang beberapa jam, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Banyuwangi dr Widji Lestariono mengumumkan kembali bahwa hasil tes tersebut salah dan sudah dikoreksi malam harinya menjadi negatif.

Selain contoh-contoh kasus tersebut, masih banyak contoh lain yang membuat masyarakat meragukan hasil tes usap di beberapa rumah sakit. Belum lagi soal lambatnya pemeriksaan laboratorium yang baru keluar setelah seorang pasien berstatus PDP meninggal dunia

Baca Juga: Mengenal Mini Lockdown yang Akan Diterapkan Pemkot Bandung pada Minggu Depan

Hal seperti itu tak jarang membuat keluarga pasien PDP yang dimakamkan dengan protokol Covid-19, akhirnya memakamkan ulang anggota keluarga mereka dengan cara yang lebih layak. Salah satu contohnya adalah almarhumah Eva Julaeha, warga Sukabumi yang meninggal dunia dalam status PDP pada Mei. Keluarga akhirnya memakamkan ulang Eva pada Juni, setelah hasil tes usapnya dinyatakan negatif.***

Editor: Handri

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah