Tanggapi Keluhan Masyarakat Soal Kualitas Udara, KLHK: Masyarakat Harus Ubah Gaya Hidup

- 14 Agustus 2023, 16:17 WIB
Ilustrasi buruknya kualitas udara di Jakarta.
Ilustrasi buruknya kualitas udara di Jakarta. /Unsplash/Fahrul Razi

JURNAL SOREANG - Kualitas udara yang semakin memburuk di wilayah Jakarta telah menjadi perhatian utama bagi masyarakat dan pemerintah. Keluhan mengenai polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan pun telah mendorong Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengajak masyarakat agar mengubah gaya hidup rendah emisi guna meningkatkan kualitas udara di lingkungan sekitar.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro, perubahan gaya hidup menjadi sangat penting dalam mengatasi masalah ini.

"Mengubah gaya hidup menjadi penting di daerah perkotaan," ujarnya.

Baca Juga: Mark Zuckerberg Sebut Elon Musk Tidak Serius, Pertarungan Keduanya pun Dikabarkan Batal

Sigit Reliantoro juga mengungkapkan bahwa negara-negara maju memiliki gaya hidup yang mendorong prioritas penggunaan transportasi berkelanjutan seperti jalan kaki, bersepeda, menggunakan transportasi umum, dan kendaraan listrik.

Gaya hidup seperti ini bukan hanya bermanfaat bagi kualitas udara yang lebih baik, tetapi juga memiliki dampak positif pada kesehatan tubuh manusia.

Selain itu jika bicara dalam konteks transportasi, efisiensi kendaraan menjadi hal yang sangat penting.

"Hal yang paling penting dalam konsep transportasi adalah bagaimana memperbanyak perpindahan orang, bukan memperbanyak perpindahan kendaraan." Kata Sigit.

Baca Juga: Video Viral di Medsos! Aksi Jambret di Dayeuhkolot Bandung, Leher Korban Alami Luka

Pada tahun 2020, Bloomberg Philanthropics dan Vital Strategies merilis laporan mengenai emisi pencemaran udara di Jakarta.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa komposisi penggunaan bahan bakar di Jakarta adalah 49 persen minyak, 51 persen gas, dan 0,42 persen batu bara.

Sektor transportasi juga diidentifikasi sebagai penyumbang terbesar emisi, mencapai 44 persen dari total emisi, diikuti oleh industri energi, perumahan, manufaktur, dan komersial.

Peran transportasi dalam masalah polusi udara semakin terlihat dengan adanya fenomena "street canyon" di wilayah perkotaan.

Baca Juga: 5 Gejala Kurang Protein, Salah Satunya Luka Susah Sembuh

Polusi udara cenderung terperangkap di permukaan kota akibat terhalangnya angin oleh bangunan tinggi sehingga mengakibatkan kualitas udara yang buruk bagi kesehatan manusia.

Selain itu alat sensor pengukur indeks kualitas udara yang dipasang pada dinding gedung hanya mencerminkan kondisi udara di lokasi tersebut, bukan udara ambien secara keseluruhan.

Sigit Reliantoro juga menyoroti pentingnya berbagi kendaraan sebagai langkah untuk mengurangi emisi. Ia memberikan contoh efisiensi transportasi di Jepang, dimana mayoritas penduduknya menggunakan transportasi berkelanjutan seperti berjalan kaki, bersepeda, dan naik kereta.

Di Jakarta sendiri upaya untuk mengatasi masalah polusi udara telah dimulai melalui pembangunan berbagai fasilitas publik seperti pedestrian, jalur sepeda, dan perbaikan transportasi umum.

Baca Juga: 17 Bingkai Twibbon Hari Pramuka ke 62, 14 Agustus 2023, Cocok Dibagikan di Grup hingga Unggahan Medsos

Inisiatif seperti Jaklingko yang memfasilitasi akses transportasi ke dalam gang-gang kecil juga berperan dalam membentuk budaya berkelanjutan di perkotaan.

Dalam akhir perkataannya, Sigit Reliantoro mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengubah gaya hidup menuju rendah emisi guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkualitas di wilayah perkotaan. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x