Ia berpendapat, ketika bangsa ini setelah Reformasi memilih untuk berdemokrasi. Selanjutnya, menurut KH Chriswanto, semua pihak mematuhi hukum atau aturan yang dibuat bersama oleh eksekutif dan legislatif, dan dijalankan oleh yudikatif,
“Taat terhadap peraturan itu adalah salah satu ciri masyarakat yang demokratis dan beradab,” imbuhnya.
Manusia dengan moralitas yang luhur, menurutnya akan menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri.
“Ramadan ini adalah bulan yang bisa kita pakai untuk belajar mengendalikan diri, mengikuti aturan yang dibuat atas kesepakatan bersama,” katanya kepada para wartawan. Justru, sikap emosional dan amarah, menghilangkan nilai luhur demokrasi.
“Emosional dengan menghajar orang lain, itu mendegradasi nilai perjuangan yang dicanangkan. Cara berdemokrasi yang baik kita jangan mudah terpancing,” imbuhnya.
Ia menambahkan, keributan pada tahun politik disebabkan karena bangsa ini memiliki banyak politisi tapi miskin leadership atau kepemimpinan.
Menurut dia, antara politisi biasa dan yang memiliki leadership itu berbeda, “Politisi selalu menekankan program untuk jangka pendek, agar lima tahun terpilih lagi,” ujar KH Chriswanto Santoso yang pernah menjadi politisi Golkar di Jawa Timur itu.
Baca Juga: Tingkatkan Kinerja Organisasi, LDII Jabar Gelar Pelatihan Monitoring dan Evaluasi
Sementara leadership, menurutnya, menekankan program jangka panjang, agar masyarakat sejahtera dan menyiapkan serta membangun generasi berikutnya.