Sebaliknya, mereka yang berceramah tidak karena uang, masih terus diundang dan rezekinya terus mengalir.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, LDII Ingatkan Antisipasi dan Membangun Kesiapan Warga Menghadapi Bencana
Dakwah, menurutnya harus dilakukan dengan lemah lembut dan berakhlak mulia, “Tirulah Nabi Muhammad, tidak mendendam bila disakiti, diam ketika dicaci,” ujarnya. Kesabaran tersebut penting, agar umat Islam merasa sejuk.
Dakwah juga sifatnya tidak memaksa, tapi mendidik. Ia menyontohkan ada seseorang yang ingin berislam tapi tak ingin meninggalkan judi, zina, dan mabuk,
“Lalu apa kata Nabi, ya silakan tapi jangan bohong. Lalu fulan itu, berpikir kalau dia berzina, berjudi, dan mabuk saat ditanya Nabi Muhammad tentu tak bisa berbohong," katanya.
Baca Juga: BNPT Ajak LDII Berpartisipasi Dalam Program Warung NKRI, Ini Tujuannya
Karena itu, ia malah tidak berzina, berjudi, dan mabuk-mabukkan, “Suatu hari Nabi bertanya, apakah kamu masih mabuk, zina, dan berjudi? Lelaki itu menjawab tidak Nabi,” ujarnya yang menambahkan di sinilah dakwah, tidak memaksa tapi mendidik.
Menutup tausiyah Kyai Munahar, Kyai Ubaid menambahkan bahwa mempunyai angan, harapan dan cita-cita menjadi seorang dai-daiyah atau muballigh dan muballighah itu sangat mulia, karena mendapat penghargaan langsung dari Rasulullah SAW seperti dalam sabdanya,
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mencari ilmu dan mengajarkannya", juga seperti sabda Nabi pula, "Sebaik-baik manusia adalah orang yang mampu memberi manfaat pada manusia lain," ujarnya.
Baca Juga: Kontribusi untuk Membangun Bangsa, LDII Jabar Fokus Delapan Program Kerja, Ini Penjelasannya