Era media sosial, menurut KH Ubaid membuat pilar kebangsaan terancam radikalisme. Ia meminta KH Munahar untuk berceramah, memberikan wawasan agar para santri tetap _istiqomah_ dalam berdakwah.
KH Munahar mengingatkan tugas muballigh dan muballighah tidak gampang dan tidak mudah menyerah. "Saya sama dengan kalian, menimba ilmu dan ditempa dengan ilmu pengetahuan. Tak ada yang mudah dalam meraih cita-cita, tapi dengan kesungguhan keberhasilan itu bisa diraih,” paparnya.
Ia mengingatkan mubaligh itu pekerjaan yang mulia, “Kita ini umat akhir zaman, juru dakwah itu profesi mulia karena berani mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,” tegasnya.
KH Munahar mengingatkan, muballigh dan muballighah itu beragam pembawaannya, Ada yang suka berdakwah dengan humor, tapi ada juga yang juga tidak bisa tertawa.
"Tapi, seorang juru dakwah, harus menyampaikan selaras dengan kecerdasan umat, Kalau umat yang dituju adalah petani, maka berdakwahlah melalui pertanian. Bila yang didakwahi teknokrat, maka juru dakwah harus bisa menjelaskan secara teknokrat,” ujarnya.
Baca Juga: Medsos Harus Jadi Sarana Kontribusi Pemikiran Anak Bangsa, LDII: Medsos Bukan Tempat Sampah
Ia membuat permisalan, juru dakwah bisa menjelaskan mobil dan pesawat bergerak karena mesin. Mesin dibuat manusia dari kecerdasan otak manusia. “Otak yang membuat Allah, jadi semua ini dari Allah,” ujarnya menjelaskan kepada para santri.
KH Munahar juga mengingatkan supaya berdakwah selalu disertai niat karena Allah, bukan karena uang atau harta.
“Lihatlah juru dakwah yang berdakwah karena uang, dua tahun mereka menganggur karena pandemi Covid-19. Tak ada panggilan untuk berceramah,” ujarnya.