JURNAL SOREANG- Banjir di berbagai tempat, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi merupakan bencana yang akrab dengan masyarakat Indonesia. Bencana tersebut, salah satunya dipicu oleh sikap manusia yang kian abai menjaga alam dan kondisi geografis Indonesia.
“Bila masyarakat mengabaikan kelestarian lingkungan, sementara kita hidup di khatulistiwa dan berada di lingkaran cincin api pasifik yang rawan gempa bumi dan erupsi gunung berapi, maka datangnya bencana tinggal menunggu waktu saja” ujar Ketua DPP LDII Sudarsono, yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis 13 Januari 2022.
Ia mengatakan, posisi geografis di khatulistiwa di satu sisi memberi keunggulan tersendiri bagi Indonesia karena cahaya matahari tersedia sepanjang tahun.
Baca Juga: Medsos Harus Jadi Sarana Kontribusi Pemikiran Anak Bangsa, LDII: Medsos Bukan Tempat Sampah
"Geografis Indonesia dengan banyak gunung api aktif menjadikan tanahnya subur karena selama jutaan tahun disiram abu vulkanik secara berkelanjutan, sehingga memungkinkan beragam tanaman tumbuh. Indonesia juga hanya mengenal dua musim, yang memungkinkan petani bisa bercocok tanam dengan baik sepanjang tahun," katanya.
Namun di balik kesuburan tanah dan iklim yang bersahabat itu, menurut Sudarsono, ada ancaman bencana silih berganti.
Indonesia memang tidak seperti negara tetangga Filipina yang rentan badai dan siklon, karena berada di garis khatulistiwa.
“Badai atau siklon itu menjadi bencana yang paling merusak di Filipina. Badai dimulai saat massa udara hangat dan lembab dari permukaan laut, mulai naik secara cepat lalu bertabrakan dengan massa udara yang lebih dingin,” ujarnya.
Siklon tropis kerap terbentuk di atas Samudra Atlantik atau Samudra Pasifik bagian timur yang kerap menyerang berbagai wilayah di Filipina.