Tumenggung Endranata dianggap menghianati Mataram dengan membongkar rencana dan strategi kerajaan dalam melakukan serangan kedua.
Sehingga Belanda membakar lumbung lumbung pangan Mataram hingga pasukannya kelaparan.
Atas penghianatan itu kerajaan membuat keputusan tegas Tumenggung Endranata dihukum pancung bahkan untuk memberi pesan betapa rendah dan besarnya dosa sebuah penghianatan.
Maka kepala dan tubuh Tumenggung Endranata dikubur secara terpisah.
Kepala Tumenggung Endranata dikubur di antara gapuro Sapit urang atau gapuro menuju makam Sultan Agung.
Sedangkan badannya dikubur di undakan atau tangga sebelum gapura itu.
Sehingga kuburan kepala dan badan Tumenggung Endranata akan selalu diinjak berziarah ke makam Sultan Agung.
Di makam raja-raja di Imogiri Bantul Yogyakarta rakyat atau peziarah makam Sultan Agung pun tampak menyempatkan menginjak undakan yang menjadi kuburan badan Tumenggung Endranata yang berupa batu andesit.