Dengan menggali kembali kearifan lokal tersebut, masyarakat memiliki kesadaran dalam mengantisipasi bencana.
“Bahkan dakwah pun bisa jadi medium untuk mengampanyekan penghijauan untuk mencegah banjir dan longsor, dengan ungkapan sederhana. Misalnya, bila hutan terus ditebangi, mata air kering lalu ke mana kita bisa berwudhu,” pungkasnya.
Sudarsono mengatakan dengan membuat contoh-contoh sederhana itu, masyarakat bisa tergugah untuk memiliki kesiapan mental kebencanaan sekaligus mengantisipasi bencana yang datang.
Menurutnya, kesiapan SDM untuk membantu masyarakat dalam menghadapi bencana juga sangat penting. Sejak lima tahun lalu, LDII telah menyiapkan SDM yang tergabung dalam Taruna Tanggap Bencana (Tagana) yang merupakan program dari Kementerian Sosial.
Selain itu LDII menyiapkan Relawan LDII di berbagai daerah. “Dengan makin banyak anak-anak muda bergabung dalam Relawan LDII, Tagana dan lainnya maka sangat membantu pada awal bencana terjadi. Ini sangat membantu masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Barat, Dicky Harun menambahkan, LDII selama ini aktif dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana. Baik musibah banjir, longsor, gunung meletus, maupun musibah alam lainnya.
Baca Juga: Astaghfirullah, 14 Juta Hektare Lahan Kritis, Ini yang Dilakukan Ormas Islam LDII
"Kontribusi LDII melalui Relawan LDII yang terjun langsung ke lokasi terdampak sangat membantu para korban. Baik berupa pembuatan tempat pengungsian sementara, penyaluran makanan, obat, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Tujuannya untuk membantu dan meringankan beban para korban terdampak," pungkasnya.***