JURNAL SOREANG - Viral di media sosial, kisah seorang guru honorer berusia 57 tahun yang gagal lolos tes seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Kisah tersebut dibagikan oleh seorang pengawas ruang tes yang kemudian menulis surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem Makarim atau yang biasa disapa Mas Menteri.
Dikisahkan bahwa guru honorer tersebut menjalani tes untuk menjadi guru dengan status PPPK dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Seperti dikutip Jurnal Soreang dari akun instagram @infocpnsterkini, Jum'at 17 September 2021.
Surat Terbuka ini ditulis oleh seorang pengawas Ruang PPPK, TUK SMKN 1 PRAYA Novi Kassifa dan kembali dibagikan oleh
Guru honorer berusia 57 tahun itu rupanya sudah puluhan tahun menjadi guru honorer, Namun harapannya harus kandas.
Pasalnya, ia tidak mencapai Passing Grade. Sontak guru sepuh itu menangis ketika melihat langsung nilainya di layar monitor yang dibawah ambang batas.
Baca Juga: CPNS 2021, Kementerian PANRB Tetapkan Passing Grade SKD, Simak Penjelasannya
Berikut isi dalam surat terbuka itu:
Yang Terhormat Mas Menteri
“Tak adakah rasa ngilu didalam dada mas menteri melihat sepatu tua yang lesuh ini?
Memang benar, sepatu tua ini terlihat bermerek, tetapi tahukan hanya sepatu loak aprikan.
Tahukah Mas Menteri,
Sepatu ini telah dipakai bertahun tahun lamanya oleh si empunya. Seorang bapak dengan pakaian putih lesuh dan celana hitam yang warnanya sudah tak hitam karena pudar.
Mendekati usia senja mesih setia mengajari anak-anak di pelosok negeri ini membaca dan mengajar. Disaat putus harapan dengan mendapatkan hidup yang lebih baik, beliau tetap semangat tak sekedar hanya mengajar, tetapi juga mendidik.
Gaji dibawah 500 ribu sungguh tak cukup untuk makan sebulan, apalagi untuk membeli sepatu.
Tahun ini Mas Menteri memberikan secercah harapan untuk beliau. Program PPPK untuk memberikan harapan kehidupan yang lebih layak.
Baca Juga: Penting Untuk Diperhatikan bagi Peserta SKD CPNS 2021 Kemenag, Berikut Ketentuannya
Tetapi tahukah Mas Menteri? Soal-soal yang Mas Menteri berikan hanya teori belaka saja. Tak sebanding dengan praktek pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya. Soal yang membuat beliau tersok-seok ketika memegang mouse dan membuat kepalanya pening.
Akhirnya, PASSING GRADE pun tak diraih. Pecahlah tangis beliau di dalam hati. Terlihat jelas ketika nilai-nilai itu terpampang dilayar monitor. Beliau terdiam seribu bahasa.
Entahlah apa yang ada di dalam fikirannya. Melihatnya, siapapun akan ikut tersiak.
Memang benar, beliau tak secerdas, jenius, kreatif mas menteri. Tetapi beliaulah yang menjadi pelita ditengah gilita buta aksara di pelosok negeri. Memang benar, beliau tak sepandai teknologi, tetapi tanpa teknologi beliau mampu membuat anak-anak di Negeri ini merangkai kata dari A sampai Z.
Baca Juga: Tes CPNS Mensyaratkan Hal Baru Bahkan Jadi Syarat Wajib Bagi Peserta SKD CPNS 2021
Berhitung hal-hal dasar untuk memahami hidup. Memang benar sebagian besar muridnya menjadi TKI dan TKW. Tapi tahukah mas Menteri, bukankah mereka juga menjadi pahlawan devisa Negara tercinta ini?
Beliau mempuyai andil yang besar dalam membangun negeri ini.
Sudi kiranya mas Menteri memberi keringanan untuk melihat beliau bisa menikati masa tuanya dengan sepatu dan kehidupan yang layak .
Tak usah diperumit
Jika tidak ada kebijakan untuk mengangkat derajat mereka, setidaknya di Surga besok sepatu ini akan menjadi saksi bahwa ilmu yang beliau ajarkan sangat bermanfaat untuk keberlangsungan umat”.
Dari saya.
Novi Kassifa
Pengawa Ruang PPPK
TUK SMKN 1 PRAYA
Ditulis dengan berurai air mata
Itulah surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem Makarim yang di tulis oleh salah satu pengawas Ruang PPPK, TUK SMKN 1 PRAYA Novi Kassifa.***