Baca Juga: Diduga Kasus Narkoba, Sekda Nias Utara Ditangkap Saat Dinas di Medan, Polisi Sita Pil Ekstasi
“Ada kalanya ODS dalam kondisi turun (down) di mana gejala penyakitnya sedang muncul. Hal yang dapat kita lakukan adalah menanamkan sikap jangan tersinggung (don’t take it personally), tetapi justru kita harus mendukung agar ODS dapat pulih secara mandiri,” ungkap Herni.
Pembicara lainnya, Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Bagus Utomo menceritakan awal mula terbentuknya KPSI sebagai tempat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang pengobatan serta pemulihan ODS dalam hal ini juga termasuk keluarga dan orang-orang yang peduli dengan isu kesehatan jiwa.
“Saat ini, KPSI aktif berkomunikasi melalui Facebook fanpage dengan 270.000 pengikut dan 62.000 anggota grup Facebook yang sudah berkembang dengan berbagai program antara lain support group ODS dan keluarga, psikoedukasi keluarga, seminar awam, promosi, edukasi kesehatan jiwa melalui media sosial, dan pelatihan kesehatan jiwa untuk jurnalis,” tutur Bagus.
Baca Juga: Lebih dari 2 Miliar Penduduk Dunia Terancam dengan Penyakit Ini
Pembicara terakhir adalah seorang penyintas skizofrenia, yaitu Osse Kiki Yusidjaya. Ia berbagi tentang pengalaman hidupnya sebagai ODS, mulai dari penyebab dan gejala awal, dilanjutkan dengan periode putus obat sehingga mengalami beberapa kali kambuh sampai akhirnya dinyatakan sembuh.
“Seorang ODS harus mampu berdamai dengan skizofrenia, menjaga kestabilan diri menuju pemulihan yang maksimal dengan meminum obat secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter sesuai jadwal," katanya.
Selain itu, tidur yang cukup 7—8 jam sehari, makan yang bergizi, olahraga teratur, bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang positif, suportif dan peduli, bergabung dengan komunitas, bekerja dengan semangat, rajin, gembira dan bertanggung jawab, melakukan hobi, serta tidak lupa berdoa dan beribadah kepada Tuhan,” pungkas Osse.***