Gempa Sulbar Merenggut Nyawa Puluhan Orang, Satgas Penangan Covid-19 Imbau Relawan Terapkan Prokes

- 19 Januari 2021, 20:10 WIB
UPDATE Gempa Majene
UPDATE Gempa Majene /ANTARA FOTO/Akbar Tado/
JURNAL SOREANG - Hingga hari kelima operasi pencarian korban gempa Sulawesi Barat (Sulbar), Tim gabungan sudah menemukan 90 orang meninggal dunia.
 
Hal tersebut dikatakan Direktur Kesiapsiagaan Basarnas Didi Hamzah, menurutnya, pascagempa bumi magnitudo 6,2 yang menguncang Sulawesi Barat, pada Jumat 15 Januari 2021 lalu.
 
"Kami akan terus berupaya melakukan pencarian. Untuk pencarian besok kami hanya melakukan monitoring dan mobile di wilayah yang dianggap belum maksimal," kata Didi dilansir ANTARA, Selasa 19 Januari 2021.
 

Selain itu, hingga kini dilaporkan sebanyak tiga warga setempat juga belum berhasil ditemukan yang diduga tertimbun bangunan atau material longsor.

Ia mengatakan hingga kini, Basarnas telah melakukan pencarian korban di 20 sektor yang tersebar di empat kelurahan. Empat kelurahan tersebut, yakni Binanga, Rimuku, Karema dan Kelurahan Simboro.

Dari empat kelurahan tersebut, Basarnas membagi 20 sektor dan 12 titik prioritas pencarian. Khusus pasa Selasa 19Januari 2021 ini instansi itu, menurunkan tujuh tim dengan dua tim di antaranya digeser ke Kabupaten Majene.

"Tim di Majene ini untuk mencari tiga orang yang hilang diduga tertimbun longsor di daerah Malunda," jelasnya.
 
Hingga pukul 16.00 waktu setempat, tim belum berhasil menemukan tiga orang yang hilang tersebut.

Pada kesempatan itu, Didi mengatakan 20 sektor dan 12 titik prioritas tersebut berkemungkinan besar sudah tidak ada korban yang masih tertimbun bangunan.
 
 
Sementara itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengimbau petugas, relawan dan juga masyarakat untuk sebisa mungkin tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) saat mengevakuasi korban bencana, maupun saat menyalurkan bantuan bagi masyarakat di wilayah terdampak.
 
“Pemerintah mengimbau segenap petugas dan relawan bisa disiplin menaati protokol kesehatan. Selain itu pemda dan petugas serta relawan di lokasi bencana juga dapat bahu membahu mengingatkan masyarakat untuk sebisa mungkin menaati protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

Wiku memahami proses penanganan bencana alam saat pandemi COVID-19 seperti ini memberikan tantangan tersendiri. Tak jarang, kondisi berdesakan antara petugas, relawan, dan masyarakat sulit dihindarkan di lokasi bencana.
 
 
Namun, dia mengingatkan agar sebisa mungkin seluruh pihak menaati protokol pencegahan COVID-19 karena wabah virus SARS-CoV-2 masih terjadi.

“Keadaan yang berdesakan saat berada di tempat evakuasi bisa menyebabkan tempat tersebut menjadi pusat infeksi virus corona. Ancaman ini menjadi beban ganda di mana umumnya di pengungsian akan meningkat penyakit umum lain, seperti gangguan pencernaan, diare atau stres,” jelasnya.
 
Dia mengatakan satgas telah menggelar tes usap antigen massal di lokasi bencana, seperti di Majene, Sulawesi Barat. Bagi masyarakat yang reaktif setelah dites usap akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat.

“Satgas pun mengantisipasi adanya potensi risiko penyebaran COVID-19 di tempat pengungsian dengan memisahkan lokasi pengungsian antara kelompok rentan, yakni lansia dan penderita komorbid, dengan kelompok berusia muda demi mencegah penularan,” ujarnya.

Wiku mengajak masyarakat dan pemerintah daerah di lokasi bencana untuk terlibat aktif dalam mencegah semakin luasnya penularan Covid-19. Partisipasi aktif dari seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk menangani dampak bencana yang terjadi.

“Bisa melakukan evaluasi apakah Rumah Sakit (RS) yang menangani pasien COVID-19 terdampak bencana? Jika demikian, agar mempertimbangkan dipindahkan ke RS rujukan lain yang terdekat,” pungkasnya.***

Editor: Rustandi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x