JURNAL SOREANG- Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Bandung memilih untuk mogok memproduksi tahu dan tempe akibat harga kedelai yang tinggi.Mogok produksi juga dilakukan pengrajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI).
Bahkan, para pengrajin tahu dan tempe di seluruh wilayah Jabodetabek sejak Kamis, 31 Desember 2020 sampai dengan Minggu, 3 Januari 2021 juga mogok produksi dengan harapan harga kedelai bisa kembali seperti semula.
Menurut pengrajin tahu Kabupaten Bandung, Mang Yayat, harga kedelai yang menjadi bahan utama pembutan tahu dan tempe terus mengalami kenaikan.
Baca Juga: Minggu 3 Januari 2021, Arus Balik Liburan Nataru Masih Ramai Lancar
"Para pengrajin tahu mulai menjerit dengan naiknya harga kedelai. Di Jawa Barat harga kedelai ini bisa sampai Rp 9.500 per kilogramnya," katanya.
Biasanya jika harga kedelai normal, Mang Yayat bisa memproduksi ribuan potong tahu per harinya. "Keuntungan dari tahu tidak besar sehingga kalau hatga kedelai naik akan sangat memberatkan," katanya, Minggu, 3 Januari 2021.
Sementara Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengerajin tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii menyampaikan, aksi mogok produksi tersebut dilakukan lantaran dipicu oleh kenaikan harga kedelai yang melonjak hingga 35 persen.
Baca Juga: Ingin Tahu Penerima Vaksin Tahap Awal Bisa Cek Platform pedulilindungi.id. Ini Caranya
Menurut Fajri, saat ini lonjakan harga kedelai per kilogramnya mencapai kisaran Rp 9.000 hingga Rp10.000, Harga tersebut sebulan sebelumnya yakni Rp 7.000 hingga Rp 7.500.
"Kenaikan harga kedelai ini menyebabkan para pengrajin tahu mogok produksi, karena pengrajin tidak sanggup membeli kedelai dengan harga yang sangat mahal," katanya.