Akibat Konflik, Pengungsi Rohingya Berlayar ke Pulai Terpencil di Kawasan Teluk Benggala

- 4 Desember 2020, 18:37 WIB
Ilustrasi pengungsi Rohingya.
Ilustrasi pengungsi Rohingya. /Al Jazeera/Mohammed Jamjoom

JURNAL SOREANG - Akibat konflik di Myanmar, lebih dari 1.600 pengungsi Rohingya melarikan diri Jumat, 4 Desember 2020, dengan berlayar dari pelabuhan Chittagong di wilayah selatan Bangladesh menuju pulau terpencil Bhasan Char di kawasan Teluk Benggala.

Pejabat kelautan menyebut, para pengungsi yang dipindahkan itu menaiki tujuh kapal, dengan dua kapal lainnya yang membawa barang kebutuhan.

Berdasarkan gambar yang diambil dari atas salah satu kapal menunjukkan, para pengungsi tersebut berjajar duduk di kursi plastik biru, di bawa pengawasan para staf pelaut berseragam.

Baca Juga: Persib Kembali Dapat Lisensi Klub Profesional dari AFC, Ini Tanggapan Robert

Otoritas Bangladesh seperti dilansirkan Antara menyebut, mereka hanya memindahkan para pengungsi yang bersedia pergi dan bahwa pemindahan ini akan mengurai masalah kelebihan kapasitas di kamp yang dihuni oleh lebih dari satu juta orang Rohingya.

Sejumlah pengungsi dan pekerja kemanusiaan mengatakan, sebagian pengungsi tersebut dipaksa pergi ke Bhasan Char, pulau rawan banjir yang muncul ke permukaan pada 20 tahun lalu.

"Pemerintah tidak membawa satu orang pun ke Bhasan Char secara terpaksa. Kami mempertahankan sikap ini," kata Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen, Kamis 3 November 2020 malam.

Baca Juga: Arus Kendaraan Dialihkan, Jalur Utama Lintas Selatan Bandung-Garut di Talegong Tertutup Longsor

Namun dua pengungsi yang dipindahkan berbicara kepada Reuters bahwa nama mereka muncul di dalam daftar tanpa persetujuan mereka terlebih dahulu, sedangkan pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa para petugas menggunakan ancaman dan bujukan untuk menekan para pengungsi agar mau pergi.

"Mereka membawa kami ke sini dengan paksaan," kata seorang pria pengungsi berusia 31 tahun sambil menangis ketika menaiki bus dari kamp dekat Cox's Bazar, dalam pernyataan kepada Reuters melalui telepon dan dilansirkan Antara.

"Tiga hari lalu, ketika saya mendengar keluarga saya terdapat di dalam daftar, saya kabur dari blok, tetapi kemarin saya tertangkap dan dibawa ke sini," katanya.

Baca Juga: Ingat, Pandemi Penyakit Tak Pernah Sebentar. Haji Tahun 2021 Juga Belum Jelas

Sementara seorang pengungsi perempuan 18 tahun mengatakan, suaminya menulis nama mereka dalam daftar karena mengira itu untuk pembagian jatah makanan. Suaminya itu kemudian kabur ketika mereka diberitahukan akan dipindah ke Bhasan Char, sedangkan ia sendiri bersembunyi di kamp.

Human Rights Watch mengatakan, pihaknya telah mewawancarai 12 keluarga yang namanya tercantum dalam daftar pemindahan tetapi tidak secara sukarela menyatakan diri bersedia.

Sedangkan Refugees International menyebut bahwa langkah ini "tidak lain merupakan penahanan massal yang berbahaya bagi orang-orang Rohingya, dalam pelanggaran terhadap kewajiban hak asasi manusia internasional."

Baca Juga: Islam Itu Indah. Selalu Doakan Orang Lain Meski Tak Dikenal

Dua pekerja kemanusiaan, yang berbicara secara anonim, mengatakan bahwa para pengungsi dipindahkan di bawah tekanan dari para pejabat pemerintah yang menggunakan ancaman serta tawaran uang dan bujukan lainnya untuk merayu mereka mau pergi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam pernyataannya, menyebutkan bahwa pihaknya diberikan "informasi yang terbatas" mengenai relokasi tersebut serta tidak diikutsertakan dalam persiapannya.

Sebanyak 300 pengungsi lebih dibawa ke pulai Bhasan Char lebih dahulu pada tahun ini, setelah beberapa bulan mereka berada di lautan dalam upaya melarikan diri ke Bangladesh.

Baca Juga: Buntut Kasus Dugaan Korupsi Walikota Cimahi Nonaktif, Ajay, Walikota Cimahi Dipanggil KPK

Kelompok hak asasi manusia menyebut bahwa para pengungsi diperlakukan tak sejalan dengan yang diinginkan dan mereka mengeluhkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.***

Editor: Sam

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah